
Sudah cukup lama saya menjadi konsultan amatir soal beasiswa. Meskipun saya bukan seorang pakar, entah mengapa ada saja yang bertanya ini dan itu. Lepas dari kemampuan saya membantu mereka, saya menikmati berbagi informasi dengan siapa saja.
Suatu hari, Asti, istri saya, ingin melamar beasiswa ADS. Tentu saja dengan sekuat tenaga saya bantu. Jika orang lain saja saya bantu, istri sendiri wajarlah mendapat fasilitas istimewa. Asti, secara akademis, sangat bagus. IP yang sangat memadai, profesi sebagai dokter yang bahkan ketika itu bekerja di WHO dan nilai IELTS 6.0 membuat saya sangat yakin. Kalau kawan yang IELTSnya 5.5 saja diterima, Asti tentu memiliki kans yang tinggi. Setelah dua kali mencoba, ternyata gagal tanpa tahu apa penyebabnya.
Kegagalan ini membuat saya merenung. Mendapat beasiswa adalah sebuah rahasia besar dalam hidup. Di atas kertas, tak ada yang perlu dikhawatirkan soal Asti namun ternyata kenyataan berbicara lain. Kegagalan ini tentu saja berpengaruh pada semangat Asti untuk mencoba lagi. Lebih jauh lagi, kegagalan ini menyisakan pertanyaan penting dalam diri saya. Kalau untuk membantu istri sendiri saya tidak mampu, layakkah saya membantu orang lain?
Saat pendaftaran ADS 2009 dibuka, cukup lama saya berdiam diri. Tahun-tahun sebelumnya saya selalu menyempatkan membuat form aplikasi ADS dalam format Ms Word, kali ini saya dihinggapi rasa malas. Ada keraguan bahwa apa yang saya lakukan sesungguhnya tidak begitu berguna. Yang jelas, apa yang saya lakukan itu tidak ada manfaatnya untuk istri sendiri. Saya bahkan sempat bertanya, jika memang saya berbuat baik kepada orang mengapa kebaikan itu tidak berbuah baik pada keluarga kami? Pertanyaan mendasar ini lama saya simpan dan membuat saya tidak segera membuat form aplikasi ADS dalam format word.
Meski bagi orang lain ini adalah hal kecil, bagi saya ini adalah saat-saat kritis dalam hidup. Di saat seperti inilah moral saya sebagai seorang umat manusia diuji dan dipertanyakan. Dalam perenungan, saya berkelana mengingat-ingat kembali nilai-nilai kebajikan yang ditanamkan oleh waktu dalam hidup saya. Sampai akhirnya saya melihat ada seorang kawan membuat form ADS 2009 yang editable dalam format PDF. Tiba-tiba saja saya merasa terpanggil. Nilai-nilai lama yang saya anut muncul lagi. Pekerjaan ini hanya menyita beberapa menit waktu saya namun akan membuat ribuan orang termudahkan. Mengapa harus saya urungkan niat? Mengapa hanya karena pernah kecewa lantaran istri saya tidak berhasil mendapat beasiswa saya berhenti berbuat baik? Pertanyaan itu membangunkan saya lagi.
Dengan energi kesadaran yang baru, form itupun saya buat lalu saya sebarkan kepada siapa saja yang membutuhkannya. Mereka yang mengunduh formulir itu dari blog saya mungkin tidak pernah tahu pergulatan bathin yang saya alami. Yang jelas, mereka berhasil mendapatkan formulir itu setelah saya berhasil memenangkan sebuah perang dalam diri sendiri. Mereka yang berhasil diterima tahun ini dan menggunakan formulir yang saya sediakan, telah menikmati sedikit kemudahan karena saya berhasil membuat keputusan penting. Di periode ini juga, Asti mengajukan lamaran lagi dan kegagalan yang sama terulang. Namun saya tidak pernah menyesal berbuat kebaikan kecil yang menjadi bagian dari cerita sukses mereka yang diberi kesempatan tahun ini.
Saya belajar sesuatu: bersenang hati untuk keberhasilan orang lain, meski masih banyak pekerjaan rumah yang masih tertunda. Seperti sebuah doa yang adalah puja, doa bukan tuntutan untuk sebuah imbalan. Bersambung…
Pak Andi,
Tuhan mungkin belum mengijinkan Ibu Asti dapat beasiswa, tapi saya percaya Tuhan pasti membalas kebaikan pak Andi dalam bentuk lain pula … 🙂
Salam untuk Ibu Asti..
Andi, kata-kata Andi di alenia terakhir menyadarkan saya…seharusnya saya berbuat seperti Andi juga..
Tetapi kebalikannya, saya malah selalu mempertanyakan, kenapa orang lain di sekitar saya (yang kadang berbuat…. ‘tricky-tricky’), malah beruntung…lancar naik pangkat dsb..
Mudah-mudahan saya bisa berubah (tidak selalu protes pada hidup)..atau tepatnya..’mau’ berubah..
===
Thanks mb Pharma… ty jg terinspirasi oleh mb Pharma
Bapak ini baik sekali ya…. 🙂
Dear Mas Andi,
Jangan pernah menyerah utk meraih impian dan cita2. Orang sukses lebih banyak gagalnya, dibandingkan orang gagal. Yakinlah beasiswa belajar di luar negeri utk istri akan teraih. Dan jangan lupa minta bantuan-NYA
Mas Andi, saya terharu membaca tulisan ini. Kebetulan saya adalah salah satu orang yang mengunduh form ADS editable dari blog ini dan alhamdulillah saya lulus.
Semoga budi baik Mas Andi diberi balasan yang setimpal dari Yang Maha Kuasa 🙂
====
Selamat ya Gabe. Thanks atas simpatinya.
mas andi,
saya yakin betul kebaikan mas andi pasti ada balasannya, kalopun tidak dalam bentuk beasiswa untuk mbak asti seperti yang diharapkan, pasti ada dalam hal lain. saya yakin itu. saya sendiri mengalami hal yang sama dengan kasus yang berbeda. saya berpikir mungkin itu yang terbaik buat saya
“….Seperti sebuah doa yang adalah puja, doa bukan tuntutan untuk sebuah imbalan..”
Pengen ngelamar ADS lagi untuk S3, mudah mudahan berhasil, Insya Allah (tahun 2008 ADS untuk master gagal, yang dapat Stuned)
Like this Pak, makasih
Good luck!
Luar biasa…salut untuk Panjenengan….
Matur nuwun Mas Hary
Andi, Ini Naning, Istrinya Gunawan dari Elektro. Kita dulu ketemu dan deket waktu masih di Sydney. Saya juga cukup dekat sama Asti dan sampai sekarang kadang contact lewat FB. Aku terharu dech sama kasih sayang Andi ke Asti. Ihik…ihik. untuk Asti, jangan patah semangat. Saya juga sdh daftar beasiswa ADS 3x, dan gagal. Padahal sudah dapat supervisor research, Prof. Roger Wayne Read, dari School of Chemistry, UNSW. Beliau dekan research-nya juga. Ketemu beberapa kali di lab dan office-nya serta buat online research bersama untuk daftar beasiswa. Sunatullah, belum berhasil spi skrg. Tapi, suami, saya Gunawan, profile-nya yang nyantai dan ra gathekan, dapat beasiswa Master and PhD mulus2 saja. Mbak Asti, tetep semangat!
Mbak Naning, tentu saja aku masih ingat dirimu sekeluarga 🙂 Apa kabar di belayah bumi utara sana?
Terima kasih atas simpati dan doanya.. semoga yang terbaik untuk kita semua.
Salud buat kebaikan hati bpk..:)
Hari ini saya menyempatkan diri untuk membaca blog websitenya Mas Andi. Saya terkesan dengan apa yang telah Mas Andi lakukan untuk keluarga maupun orang lain. Percayalah, semua itu tidak akan sia sia. Tuhan punya rencana lain.
Perkenankan saya berbagi pengalaman.
Saya juga sudah beberapa kali melamar beasiswa, baik itu ke Australia maupun negara lain, dan selalu gagal. Stuned (Belanda), Ausaid, beasiswa dari kantor, Nuffic (Belanda), ALA, semuanya gagal. Lebih dari 3 kali kegagalah yang sudah saya alami.
Semula saya juga kecewa, namun saya percaya, di balik kegagalan tersebut, ada hikmahnya. Yang penting masih punya semangat dan selalu berdoa untuk minta yang terbaik.
Yang menurut kita baik belum tentu baik menurutNya. Di balik kegagalan pasti ada hikmahnya.
Saya juga salut dengan sikap Mas Andi. Berbuat baik kepada orang belum tentu akan dibalas langsung oleh orang yang bersangkutan, namun bisa jadi oleh orang lain yang tidak kita sangka sebelumnya. Semua kebaikan di dunia pasti akan memperoleh balasan dari tuhan.
Salam untuk keluarga dan sukses meraih kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
Salam,
Dysi
Thanks Mb Dysi…
Dian like diz!
Salam kenal, Pak Andi.. 🙂
Mas Andi,
Tuhan Maha Tahu dan Maha menyelidiki, saya yakin Tuhan punya rencana yang lebih besar buat mba Asti.
Saya sungguh salut dengan konsistensi seorang I Made Andi, sungguh seorang leader sejati yang telah menjalani apa yang telah dikatakannya (Walk the Talk)
Maju terus Mas Andi dan Keluarga..
Matur nuwun Ben…
Good luck jg untuk ALA-nya.
mas andi,blognya mas andi niy inspiratif bgt ,mirip kaya’ acara kick andy di tv.Ta’ doain selalu yg terbaik bwt mas andy ‘n keluarga,a berharap bisa spt mas andi klo b’hasil nanti.Bisa membantu lebih banyak orang u/ mendapat kesempatan pendidikan yg lebih baek.Tolong doanya jg y mas..makasi….
Terima kasih atas komentar dan dukungannya Mas Heru. Semoga kita semua berhasil.
satu hal yang saya pelajari dalam hidup bli
terkadang kita memperlakukan nasib itu seperti matematika, kita berbuat baik, dan kita juga akan dapat hal-hal yang baik, namun betulkah seperti itu? tidak juga, percaya saja tuhan akan menunjukkan kebaikan menurut caranya sendiri
apa yang harus kita lakukan adalah teruslah berbuat baik, adalah kebahagiaan tersendiri ketika pertolongan anda dapat membantu orang lain mencapai keinginannya meskipun orang tersebut tidak berterimakasih langsung kepada anda.
blognya sangat bermanfaat, teruslah berkarya
saya juga ingin seperti anda, sangat ingin…
doakan juga saya bisa dapat beasiswa
titip salam buat Bu Asti. Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik untuk Bapak dan keluarga.. 🙂
Terima kasih Aryu..
Salam Kenal Pak. Andy. Saya setuju dengan Pendapat bapak Masih banyak anugrah lain yang menjadi rahasia Illahi yang mungkin tidak kita sadari selain anugrah beasiswa. Saya telah mencoba hampir 5 kali dari berbagai aplikasi beasiswa luar negeri sampai sekarang belum berhasil. Tapi saya yakin mungkin itu bukan yang terbaik buat saya. Artikel yang Sangat mencerahkan Trims
Dear Pak , salut dengan kebaikan Bapak. Semoga bantuan Bapak kepada banyak orang membuka pintu kemudahan bagi Bapak dan Mbak Asti..
Salam kenal.
Mas Andi,
bersenang hati untuk keberhasilan orang lain, meski masih banyak pekerjaan rumah yang masih tertunda. Seperti sebuah doa yang adalah puja, doa bukan tuntutan untuk sebuah imbalan
kalimat Mas Andi diatas, adalah inspirasi yang seharusnya kita lakukan. Terima kasih Mas Andi atas bantuannya dan memang beasiswa adalah misteri Illahi.
what a genuine topic, pak Andi,… may be the scholarship gift will came in another form … wish you luck for your Ph.D
Dear Pak Andi,
Saya adalah salah satu pencari beasiswa yang tak henti berjuang sampai saat ini. Saya PNS pada suatu RS yang kebetulan ada kerjasama dengan AusAID namun tidak masuk dalam targeted institution. Saya merasa diri saya terlalu pede untuk berani melamar beasiswa ADS dengan begitu banyak pelamar. Saya sadar bahwa saya bukan orang yang punya outstanding GPA atau punya CV yang mengesankan bahkan bukan tamatan PT bergengsi, setelah berkali kali melamar dan sampai saat ini belum berhasil, telah menghempaskan kepedean saya ambruk seambruk ambruknya… Namun saya terus berusaha Pak… Membaca tulisan orang sekaliber Bapak mengenai rahasia Tuhan ini, membangkitkan semangat saya untuk kembali berjuang… Terimakasih Pak, semoga masih ada keajaiban untuk saya…
Hormat Saya,
Ellien
Good luck! Suatu saat… semua akan terjadi…
apakah bisa beasiswa australia di dapatkan oleh orang yang hanya tamatan sma dengan nilai yg hanya rata-rata ?
mksh pak
Rasanya tdg ada beasiswa reguler s1 untuk orang indonesia 😦
wah… ternyata banyak pula yg gagal mendapat beasiswa. Tetapi jangan sampai terfokus oleh 1 pintu. Jika pintu itu masih tertutup, insyaallah masih ada pintu-pintu lain yang masih terbuka lebar…. Semangat untuk bu Asti 🙂
Amiin
saya boleh urun komen ya mas andi. ada pepatah bilang “sebelum menolong orang lain, tolonglah diri sendiri (dan keluarga)”. untuk pepatah ini saya paham. lalu ada lagi yang bilang “menolong orang lain adalah usaha untuk menolong diri sendiri”, walau saya belum paham yg terakhir ini namun sepertinya terefleksi oleh tulisan mas andi 🙂 semoga diberikan balasan sebaik-baiknya keluhuran budi mas andi di masa depan..
Mas Riza yang baik sekali. Saya terharu membaca komentar ini. Terima kasih doanya seperti saya juga mendoakan Mas Riza mendapatkan yang terbaik, selalu 🙂
Simple saja, Mas Andi. Tuhan tahu apa yg terbaik bagi ummatNya! Saya selalu yakin jika ada keinginan kita yg tak terwujud itu pasti dalam upaya Tuhan utk memberikan yg terbaik dan menghindari yg buruk bagi kita.
Adakah yg lebih mengetahui diri kita selain yg menciptakan kita?
Matur nuwun Mas Novi. Inspirasi dari senior ni 🙂
Pak Andi,
Tetap Semangat…
Ternyata memang “Manusia tidak pernah tahu rahasia Tuhan ya”..
leres bu Neila.. mungkin itu juga yg menjadikannya indah bu.. karena rahasinya 🙂
Halo Andi dan Ktut…
Well written… sangat menarik. Buat Ktut juga jangan putus asa. Saya coba ADS dan ALA selama 5 tahun, baru akhirnya berhasil… I guess, if we persistent enough, the world will finally go our ways…Have a nice Friday..:)
Makasih ya Mbak Imma 🙂
Tulisan yg bagus, Bli Andi! Saya jg punya pengalaman serupa. Sewaktu mencoba beasiswa ADS tahun 2001-2004 (4 kali) semua gagal. Sementara Ruri langsung dapat ADS di percobaan pertama. Itu sebabnya, dia berangkat lebih dulu dan selesai lebih dulu. Tapi, kemudian saya mendapatkan 3 tawaran beasiswa yg kemudian salah satunya saya pilih ke Norwegia (dan saya pertama dari fakultas saya ke negara tersebut). Singkat kata, Australia bukan jodoh saya waktu itu.
Cerita yg hampir sama sempat terulang bahkan lebih ‘ekstrim’. Ruri harus berangkat ke Australia (sama2 dapat ALA dengan Bli Andi), sedangkan saya yg terlambat (dan trauma!) mendaftar ADS/ALA memilih mendaftar Fulbright dan diterima. Tapi, mungkin itu ‘karma’ saya dgn Australia. Saya coba ADS terakhir kali dengan harapan mungkin saya masih ada berkesempatan berkumpul dg Ruri (setelah 2 tahun berpisah waktu S2) dan ternyata kami beruntung. Dan kami bersyukur atas semua keberuntungan yang kami terima.
Itulah sebabnya, kami berdua juga berprinsip mirip seperti Bli Andi dalam hal ‘membantu/memberi’ dan motto kami adalah “Pay It Forward”. Kami akan bantu dan berikan apa saja yg kami punya karena kami percaya mungkin keberuntungan yang kami terima juga akan menular ke orang lain dan seterusnya.
Sukses selalu untuk Bli Andi dan Mbak Asti… Proficiat!
Suksma Bli Dewa. Inspiratif kisahnya. Salam buat Ruri ya 🙂
Jangan pernah berhenti berbuat kebaikan bli andi, u r trully pahlawan tanpa tanda jasa.. Salam kenal buat mbok asti bli
Suksma Ayu… terima kasih sudah selalu positif 🙂
Semangat terus Bli. Semoga Hyang Widhi selalu menunjukkan jalanNya yang terbaik. Slm buat keluarga ^^
Made Hery
Suksma Hery 🙂
Insyaalah,
Allah akan akan membalas segala kebaikan pak Andi kepada rekan2 yang pak Andi tolong sehingga mereka lulus mendapat beasiswa.
Saya yakin istri pak Andi juga bakal dapat beasiswa sesuai dengan yang diimpikan. Jangan berhenti menolong orang yang membutuhkan pak.
Suksma atas apresiasi dan semangatnya 🙂
Dear Andi,
begitulah misteri hidup, tiada yang tahu…dan tentu saja hal ini adalah rahasia Tuhan yang kadang tidak mudah untuk kita pahami. Tetapi berbuat baik bagi banyak orang insyaallah akan ada balasannya, tidak hanya untuk kita pribadi tapi pasti juga untuk keluarga besar kita. Semoga Asti selalu punya semangat untuk bangkit dan mencoba lagi 🙂
Saya pribadi pernah 2 kali mencoba melamar beasiswa ADS dan gagal (th 2000 dan 2007 kalo ngga salah hehe…) tetapi mungkin juga karena saya males mencoba lagi karena menurut saya ADS ini emang paling ribet dibanding beasiswa yang lain (misalnya dari sisi formulir – banyak bangeeettt, dan juga aplikasi visa ke Aussie..haduuuhhh :p coba bandingkan aplikasi visa ke Jerman atau Inggris) makanya saya ngga mau nyoba ketiga! hahahaha…lagipula saya sudah pernah merasakan hidup di Aussie selama hampir setahun pas dapet beasiswa IASTP dari AusAID, maka untuk jenjang pendidikan formal saya beralih ke DAAD (Jerman), Chevening (UK) dan Nuffic (Belanda) yang lebih simpel, dan alhamdulillah saya dapat beasisawa DAAD th 2009 🙂
Tetaplah berbagi ya…:)
Dear Early,
Terima kasih sudah berbagi kisah. Mari saling berbagi