Laskar Pelangi – The Movie


Jujur saja, saya mungkin termasuk satu dari sedikit orang yang takut saat mendengar kabar novel Laskar Pelangi akan difilm-kan. Setengah hati saya mengatakan jangan, setengah lainnya berharap-harap seperti apa jadinya jika difilmkan.

Sudah menjadi hal yang umum, sebuah cerita baik dalam novel akan mengecewakan jika difilmkan. Keliaran imajinasi pembaca akan diperkosa oleh kemampuan sutradara untuk memvisualisasi setiap adegan dan kejadian. Sebelum menonton film Harry Potter, misalnya, setiap pembaca novelnya akan memiliki imajinasi sendiri tentang kehebatan kisah dalam novel tersebut. Bagi mereka yang imajinasinya sangat liar, Harry Potter bisa jadi jauh lebih hebat dari yang bahkan diinginkan oleh J. K. Rowling. Namun begitu difilman, semua orang dipaksa untuk menyeragamkan persepsinya. Banyak kawan saya yang kecewa saat nonton film Harry Potter dan mengatakan, “jauh lebih dasyat novelnya.”

Akankah hal yang sama terjadi dengan Laskar Pelangi? Saya tidak tahu karena memang belum menonton. Beberapa pemberitaan di media masa mengatakan positif, saya belum tahu kenyataannya. Yang pasti, Riri Riza akan memerlukan riset yang sangat intensif dan tidak sebentar untuk memvisualisasikan sesuatu yang tidak pernah dialaminya. Laskar Pelangi beda jauh dengan AADC atau Petualangan Sherina yang sangat mudah dibayangkan. Laskar Pelangi memuat detail pengalaman yang sangat spesifik dan kemungkinan besar orang-orang seperti Riri Riza tidak mengalaminya. Saya yang tahu rasanya bermain dengan pelepah palm (upih, kami menyebutnya di Bali) di musim hujan, terus terang khawatir kalau-kalau Riri akan gagal memvisualisasikan adegan tersebut. Saya yang pernah bersekolah di gedung yang tidak layak pakai dan setiap minggu harus membawa bambu dan tanaman dapdap untuk pagar sekolah, khawatir kalau-kalau Riri gagal menghadirkan pengalaman ini dalam film. Singkat kata, banyak kekhawatiran saya.

Tapi sudahlah. Banyak berharap justru, kata orang, akan membuat kita semakin mudah kecewa. Saya sebaiknya menunggu saja hingga Laskar Pelangi muncul dalam bentuk VCD atau DVD dan tiba di White Lotus di Sydney. Dengan itu kami sekeluarga akan bisa menikmatinya. Saya berdoa senantiasa agar tidak ada orang yang cukup kreatif menaruh file bajakan film tersebut di YouTube. Kalaupun suatu saat saya temukan tanpa sengaja, saya berjanji pada diri sendiri tidak akan menontonnya. Tidak banyak yang bisa saya lakukan untuk mendukung perjuangan Ikal dalam menghadirkan pelajaran berharga ke khalayak Indonesia. Mungkin dengan menonton film Laskar Pelangi asli, saya akan berperan, walau sedikit. Selamat menunggu, tanpa berharap.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

9 thoughts on “Laskar Pelangi – The Movie”

  1. so far sih belum ada yang kecewa pak, including myself, but i didn’t read the novel, haha.. riri riza memang melakukan riset sangat mendalam, dengan berbulan-bulan bolak-balik belitong, termasuk wawancara dg bu muslimah asli..

  2. hmm..y mmg sey tdk seperti yg qt byangkan saat mmbaca novelnya pak..tp filmny tidak mengecewakan koq hahahaha..
    tunggu sj mpe ostrali pak!!

  3. Saya berdoa senantiasa agar tidak ada orang yang cukup kreatif menaruh file bajakan film tersebut di YouTube. Kalaupun suatu saat saya temukan tanpa sengaja, saya berjanji pada diri sendiri tidak akan menontonnya.

    Andi, aku juga kesal di internet telah menyebar 3 novel pertama dari tetralogi Laska Pelangi. Benar-benar deh, tega nian membajak hasil karya negeri sendiri. Bukankan hasil penjualan buku juga untuk aktivitas sosial Ikal di Belitong sana.

    Bahkan, di bawah jalan layang Cawang Jakarta, Laskar Pelagin dibanderol hanya dengan 15rb. Apalagi kalau bukan bajakan.

Leave a Reply to Hidayatullah Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: