Percayalah bahwa tidak mudah mengisahkan ini. Aku bukanlah pujangga kata-kata yang bisa menghidupkan cinta dengan ujar-ujar yang fasih daramatis membuai-buai. Aku hanyalah pejalan kaki yang cepat kelelahan di merahnya sore dan sering ketakutan di pekatnya malam yang tak bersahabat. Tetapi sepertinya di sini ada cinta. Cinta yang membuat aliran air kaya cerita dan gemerisik daun penuh dengan senandung. Cinta ini membuat patung seperti berhala yang diampuni dan hidup mengabarkan kenikmatan-kenikmatan lewat gumamnya yang syahdu lanksana mantra. Seperti itulah aku mengingatmu.
Inginkah kaudengarkan senandungku tentang Gagak yang terbang di reruntuhan Castle di atas bukit Königstuhl? Aku sedang menikmati canda air sungai Neckar yang menghalir tanpa cemburu membelah kota seperti pandanganmu yang tak pernah membiarkanku lupa. Aku memandang kota yang tertunduk malu-malu diselimuti kabut pagi yang tipis menggoda. Senyum nakalnya menghadirkan getar yang membangkitkan gairahku. Aku tak hanya terkesima, birahi misteri ini dihadirkannya tanpa ampun menyerangku. Haruskah kutumpahkan hasrat sore ini dan kemudian membuang kenangan bersama turunnya hujan dan terhempas percuma di terjalnya tiga ratus lima belas anak tangga yang terhambur? Aku tak pernah tahu dan aku biarkan dia jadi misteri.
Cintaku, tegarmu seperti dinding-dinding Altstadt yang berdiri angkuh, tua nan bijaksana. Seperti dirimu yang sabar, begitulah deretan kembang merah darah yang menghiasi kolom-kolom perkasa gedung tua itu. Kesombonganku lantak binasa, poranda oleh wibawa langit yang menukik turun di balik bukit di seberang Schloss. Ingin sesungguhnya aku seberangi jembatan tua ini, menjemput hatimu yang pernah kuabaikan di masa lalu. Sesalku tak cukup kuat mengantarkanku ke arahmu yang duduk bersimpuh di jalan setapak filsuf nun jauh di atas bukit.
Gerimis ini adalah temanku, seperti dulu saat kusaksikan pertama kali wajahmu di kereta itu. Entah kapan mulainya, aku terantuk teduhnya pandang yang seperti tidak peduli. Apakah ini karena wajahmu seperti perawan-perawan cantik di kampungku dan menwarkan seorang suputra untukku di masa depan?
tulisannya beraaattt.. 😀
Apakah cinta ini sama dengan janji untuk memberikan cinta satu-satunya dan tulus yang pernah terucap sebelum inkarnasi sekarang? (L)(L)(L)
beh, perlu puasa 7 hari 7 malam untuk memahami yang ini…
SUMPAH,,…
kata katanya bikin gw merinding..
tapi gw suka…hehehehe
===
Thanks Rangga. Kadang cantik itu Luka, kalau meminjam istilah sastrawan kita.
aku masih membenci “cantik” yang katanya relatif tapi nyata dalam gulita
kalimatnya berat, sehebat perjalanan anda
salam sukses selalu
Terima kasih 🙂