… Kita tidak boleh mendahului takdir. Yang bisa kita lakukan hanyalah menempatkan mimpi kita sedekat mungkin dan berusaha mencapainya. Kita akan berkelana berkeliling Eropa hingga Afrika dan menjejakkan kaki kita di almamater suci Universitas Sorbonne…
Kutipan kalimat di atas, yang diambil dari salah satu Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, tidak akan pernah terlupakan. Kutipan yang sangat kuat, menggugah dan terutama menginspirasi. Ketika membaca kutipan ini, entah mengapa Eropa terasa sangat dekat.
Pagi ini aku duduk sendiri di lantai di salah satu sudut Munich Airport di Jerman. Sambil memangku laptop mataku menerawang menyaksikan birunya langit Munich yang bersih tanpa awan. Nampak di depan ada hotel Kempinski yang besar. Seakan mencirikan desain Jerman yang umumnya kaku, hotel inipun tegas sempurna memamerkan bentuknya yang kotak tanpa inovasi.
Satu dua kendaraan lalu lalang menuju atau keluar dari airport. Di depanku orang-orang sibuk bergegas menuju gate masing-masing mengejar penerbangan yang akan membawa mereka entah ke mana di belahan dunia lainnya. Seperti layaknya situasi internasional, berbagai etnis manusia berseliweren di depanku. Beberapa dari mereka tentu saja dari Asia, terutama China, sebagian lainnya berkulit hitam dan yang bule masih terlihat mendominasi. Para petugas bandara berbahasa Inggris dengan fasih, walaupun dengan aksen Jerman yang sangat kuat.
Aku telah menjejakkan kaki di tanah Eropa, tidak lebih dari 6 bulan setelah membaca Laskar Pelangi. Ketika membaca itu, walaupun Eropa terasa dekat, belum terbayang satu pun peristiwa yang akan membawaku ke Eropa. Persoalan pertama tentu saja uang. Berangkat ke Eropa tentu tidak murah. Tiket pulang pergi bernilai sekitar AUD 3000 kalau berangkat dari Sydney. Meskipun, misalnya, punya uang sebanyak itu, tidak akan pernah cukup alasan untuk menghabiskannya hanya untuk mengunjungi Eropa. Dari alasan yang paling tidak masuk akal seperti jalan-jalan sampai yang paling penting seperti membawakan makalah di sebuah konperensi internasional, tidak akan pernah ada yang cukup kuat untuk membelanjakan uang sendiri.
Jalan keluar memang selalu ada bagi mereka yang menempatkan mimpinya sedekat mungkin dan tidak kenal lelah mengusahakan. Aku diundang untuk membawakan makalah tentang landas kontinen ekstensi Indonesia di sebuah forum Internasional UNCLOS Symposium yang merupakan bagian dari International Geological Congress 2008 di Oslo, Norway. Untunglah ALA menyediakan AUD 2000 untuk travel grant, ANCORS menyediakan AUD 1000, Fakultas Hukum UoW menyiapkan AUD 750 dolar dan Research Centre juga menyumbangkan AUD 750. Selebihnya ditambahi oleh Clive dengan imbalan aku harus membuatkannya beberapa peta. Sebuah pekerjaan yang sangat sederhana dengan imbalan yang luar biasa.
Kini aku semakin percaya, where there is a will, there is a way. Tetapi where there is no will, there must be many excuses.
Meskipun belum melengkapi kunjungan ini dengan napak tilas perjalanan si Ikal di Laskar Pelangi, langit biru Munchen pagi ini telah menjadi pertanda bahwa mimpi memang bisa dicapai. Bagi sebagian besar orang, mengunjungi Jerman tentu saja tidaklah layak dibanggakan tetapi bagi seorang putra penambang padas sepertiku, perjalanan ke manapun di muka bumi ini layak mendapat tempat dalam buku penting catatan kehidupanku. Selamat dating di Eropa diriku.
Congratz pak. Masa depan memang harus diperjuangkan ya pak. Jadi smangat lg nih pak…
Wah asyiknya….oleh-oleh dong nDi….Minggu kemarin ada acara Asian Science Camp di Grand Bali Beach. Ada beberapa pemenang nobel yang datang. Salah seorang diantaranya berkata..bahwa dia hanyalah orang biasa (saya jadi inget kamu selalu mengatakan diri sebagai ordinary man). Orang merekomendasikan dia dan reviewers memilihnya sebagai pemenang nobel. Dia bilang, dia beruntung. Tapi saya pikir, bukan hanya karena keberuntungan, tapi utamanya karena prestasi/hasil karyanya. Walau faktor ‘luck’ itu memang ada. Selamat nDi. Saya yakin tidak lama lagi, namamu bakal disebut2 dan jadi ikon. Semoga. Invited speaker itu sudah predikat yang luar biasa. Selamat berkarya terus.
Selamat ya Ndi. Hebat, bisa memaksa ALA, UoW, ANCOR, si Clive dll untuk ngumpulin uang arisan buat perjalananmu ke Europe. Bawain satu gantungan kunci dari sana ya dan simpan dulu sampai ketemu di kampus.
Thanks Mas Basith.. sukses jg untuk studinya 🙂
Ok nanti oleh2 saya bawakan 🙂
weleh…………….. salut deh. ternyata laskar pelangi toh, aku juga udh baca. aku sedang bermimpi, dan semoga menjadi kenyataan seperti kamu. Keliling dunia…………….
Miracle i am coming