
Subuh-subuh tadi, tiba-tiba saja pena itu kutemukan lagi. Entahlah setajam apa dia sekarang. Lusuh ia diantara buku harianku yang telah lama tidak berkisah tentang cinta. Aku tersenyum setiap hari dan bercinta dengan waktu yang tak perhah kulewatkan dengan sia-sia. Tetapi itu berbeda. Masih sering kurindukan kupu-kupu yang hinggap liar di indahnya bunga matahari untuk kemudian terbang melesat entah ke mana. Keliaran mimpiku lama tak menemukan lahannya yang subur untuk bertumbuh. Imajinasiku memerlukan pasangannya yang berkelebat datang dan pergi tanpa pesan, mengajakku berkelakar di lembah-lembah temaram yang terlarang nan memikat. Ingin kuraut lagi penaku agar tajamnya menjadikan tetes air, suara angin, jatuhnya daun dan sepinya malam sebagai puisi yang menawarkan dahagaku.