Tidak mudah memilih satu dari dua yang baik. Yang satu sangat prestisius walaupun tidak terlalu mewah secara duniawi, yang satu mewah namun pamornya sedikit di bawah. Tidak sedikit kawan saya yang menyarankan, “pilih saja yang bikin kaya”, katanya. Apa benar beasiswa bisa membuat kaya? Saya sendiri tidak tahu mungkin bisa tanyakan kepada orang yang baru pulang dari sekolah di luar negeri lalu bisa beli mobil, beli tanah, beli rumah terus menikah. Saya tidak tahu rahasianya.
Kembali kepada pilihan, saya belum memutuskan. Namun begitu, sudah ada tanda-tanda bahwa saya tidak berjodoh dengan pilihan yang membuat kaya. Sudah terlalu sering saya membuktikan bahwa pilihan bersahaja membuat hidup saya lebih berwarna dan jadi lebih banyak tersenyum. Saya masih ingat dengan jelas ketika meninggalkan Unilever menuju Astra dengan gaji yang turun hingga hampir 800 ribu. Ini pilihan aneh, kata teman saya. Tapi tidak terlalu aneh menurut saya. Senada dengan itu, saya juga masih ingat ketika memutuskan jadi dosen dengan gaji sepersekian dari Astra, Bapak saya menangis terisak dan tak bisa berkata apa-apa menyaksikan pilihan ‘bodoh’ anak kesayangannya.
Begitulah hidup, penuh pilihan yang adalah pilihan ganda. Kadang kita harus juga mengandalkan naluri untuk mendapatkan yang terbaik, tanpa meremehkan peran logika. Selamat memilih, dan terutama selamat membangun pilihan.
PS. Akhirnya saya memutuskan untuk memilih ALA. Berikut surat ‘penolakan’ saya untuk Endeavour
memang Te O Pe Be Ge Te…
angkat topi buat adikku satu ini..
selamat ya…ngomong2 yg lbh prestigious yg mana?
Thanks Mbak Yu Lidia π
Berkat doa dirimu juga. Doal lintas agama memang lebih ampuh ternyata π
Prestigious mana ya? Kalau tanya ALA, bilang ALA. Kalau tanya orang Endeavour, jelas jawabannya he he he
Walah Mas Andi, ternyata dg pilihannya yg sama – sama menggiurkan membuat bingung juga. Saya jadi terus berandai – andai dg diri saya sendiri, andaikan saya seorang yg dipilih utk menghadapinya, apa yg harus saya lakukan ? Tentunya akan memilih yg pretigious dan mewah.
Mau email Pak Andi tanya ALA vs endeavour tapi nemu posting ini. Pak Andi akhirnya memilih ALA ya pak? kalau sempat tolong posting tips-tips tentang untuk apply ALA dan endeavour dong pak.
Apakah studi yang satu jalur lebih diprioritaskan mendapat beasiswa dibandingkan yang lintas jalur pak? kebetulan S1 saya manajemen (keuangan) tetapi rencana mau ambil ilmu komputer untuk S2.
terima kasih π
Wahh, setelah googling ttg endeavour, ketemunya blog pak andi lagi. Kalo di endeavour apakah kita diharuskan mengkontak universitas yg dituju terlebih dahulu (membuat semacam admission letter)?
Saya lupa persisnya. Yg jelas waktu itu saya pakai admission letter.
Bagaimana pak caranya membuat admission letter? Terima kasiihh atas jawabannya π
Admission letter adalah surat penerimaan Universitas untuk kita setelah kita mendaftar dan memenuhi syarat. Admission letter tidak kita buat sendiri. Ini dikeluarkan oleh Universitas sebagai tanda kita diterima bersekolah di sana π
Horree π
jadi saya cukup mengisi form aplikasi beasiswanya, nanti secara otomatis pihak panitia endeavour award-nya yg akan mengkontak universitas yg saya inginkan?
Silakan cek detilnya. Jangan percaya sama saya karena saya sendiri lupa detilnya.
Pak Made Andi yang baik,
Pertama, saya berterima kasih karena pengalaman yang Pak Made tuliskan di blog ini sudah memberikan banyak penguatan kepada saya, tidak terkecuali tulisan ini.
Saat ini, saya juga sedang mengalami kondisi dimana saya harus memilih salah satu, antara beasiswa Fulbright atau Australia Awards Scholarship, untuk meneruskan ke jenjang master saya.
Keduanya punya kelebihan, resiko, dan konsekuensinya masing-masing.
Tapi, seperti yang Pak Made bilang diatas, “Kadang kita harus juga mengandalkan naluri untuk mendapatkan yang terbaik, tanpa meremehkan peran logika”. Itu juga yang saya rasakan saat ini. Saya hari ini memutuskan untuk memilih salah satu, dan bersedia menyanggupi segala kemungkinan-kemungkinan yang akan saya hadapi sebagai konsekuensi dari pilihan saya tersebut.
Sekali lagi, terima kasih, Pak, semoga kebaikan-kebaikan yang bapak taburkan menemukan jalan pulangnya kembali kepada Bapak.
Salam hangat dari Kupang, NTT,
Nike
pak andi ,, untuk endeavour apakah juga harus pulang ke negara asal setelah lulus kuliah ??
Saya lupa persyaratan terkait Ini. Kebetulan saya Tidak memperhatikan aspek Ini Karena bagi saya, pilihannya selalu jelas: pulang Kembali Ke TANAH air setelah diberi kesempatan menimba Ilmu di negeri seberang. Silakan cek websitenya ya.
iya pak pasti pengennya pulang, kalau ada kesempatan niatnya langsung s3 di sana , habis itu barulah pulang untuk mengabdi
Siap!
iya pak , rencana kalau ada kesempatan sekalian s3 di sana baru pulang untuk mengaabdi
Komentar Cukup sekali saja π
iya pak , rencana kalau ada kesempatan sekalian s3 di sana baru pulang untuk mengaabdi
Pilihan bersahaja itu seperti apa pak?
Terima kasih pak Andi atas pengalamannya untuk berbagi. Situasi yang sama juga saya alami saat ini. saya harus memilih salah satu di antara dua yang baik. masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. dan hal itulah yang membuat saya bingung untuk memilih. saya menerima beasiswa dari SIIT, Thammasat University (TU) dan King Mongkut’s Institute of Technology Ladkrabang (KMITL). kedua-duanya dari negara Thailand. Kalau dinilai secara naluri, tentu saya memilih untuk mengambil KMITL, karena menawarkan program beasiswa sampai S3 dibandingkan TU hanya menawarkan sampai jenjang S2 saja. namun jika dinilai dengan logika, tentu saya memilih TU karena secara rangking TU lebih unggul dibandingkan dengan KMITL. disamping itu juga TU memiliki peluang riset yang dilakukan di Jepang dan didanai. inilah mengapa saya agak sulit untuk memutuskan yang terbaik. seperti yang pak Andi sampaikan, jika boleh serakah maka saya akan memilih kedua-duanya. tapi hidup adalah pilihan. jika boleh saya meminta pendapat pak Andi atas situasi yang saya alami sekarang, saya akan merasa sangat senang sekali. Terima kasih. semoga Pak Andi sukses selalu.