Setelah Enam kali Gagal Beasiswa Australia, Berhasil di Percobaan Ketujuh


Di Universitas Lambung Mangkurat, saya bertemu dengan Mas Kailani, seorang dosen di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin (UMB). Dari percakapan kami, saya tahu bahwa Mas Kailani adalah alumni University of Adelaide, Australia dengan beasiswa AAS. Beliau baru saja pulang tahun 2016. Mas Kailani juga menceritakan beliau adalah pembaca blog dan buku saya.

Yang menarik, Mas Kailani sudah mendaftar beasiswa Australia (Australia Awards Scholarship atau AAS) selama 6 kali dan selalu gagal. Kegagalannya bahkan di tahap pertama alias tidak pernah sampai dipanggil untuk wawancara dan IELTS. Baru di percobaan ketujuh beliau berhasil. Saya lihat, tekad dan keyakinannya begitu besar untuk sekolah ke luar negeri meskipun tidak mudah. Beliau bahkan menahan diri untuk tidak mendaftar sekolah di dalam negeri, meskipun banyak teman dan situasi yang menggoda. Proses yang beliau jalani sangat panjang, mulai dari bujang hingga akhirnya punya satu anak baru bisa mendapat beasiswa AAS.

Godaan lain untuk segera sekolah di dalam negeri adalah kebutuhan untuk segera meraih jabatan fungsional yang terkait dengan penghasilan. Ketika sudah berkeluarga, dorongan ini juga datang dari keluarganya. Istrinya sempat menyarankan beliau untuk sekolah di dalam negeri saja. Akhinya Mas Kailani meminta kesempatan sekali lagi setelah gagal enam kali. Saya bisa bayangkan, posisi Mas Kailani pastilah tidak mudah ketika idealisme yang sulit diwujudkan dihadapkan dengan kebutuhan pragmatis yang secara nyata nampak lebih penting. Hanya niat kuat dan tekad besar yang membuatnya bertahan.

Saya tanyakan, apakah ada perubahan khusus dari lamaran di tahun pertama dengan tahun-tahun berikutnya. Mas Kailani menyatakan bahwa di tiga lamaran terakhir, beliau memang menguatkan persiapan dan memperbaiki lamarannya dengan serius. Yang dilakukan adalah banyak membaca, banyak bertanya dan banyak belajar menulis gagasan dengan baik. Selain itu tentu saja belajar bertahan dari berbagai godaan seperti melihat teman-teman yang sudah S2 dan naik pangkat.

Yang menarik, tiga lamaran terakhir bisa dikatakan tidak begitu jauh berbeda. Saya bisa membayangkan, setelah enam kali membuat lamaran untuk program yang sama dan ditolak, rasanya sudah tidak mudah lagi untuk melakukan perbaikan. Tidak mudah karena sudah tidak banyak lagi ruang perbaikan yang dirasa ada dan karena semangat yang biasanya menurun drastis ketika kegagalan datang beruntun. Saya kagumi Mas Kailani karena kemampuannya menjaga semangat itu.

Pada lamaran ketujuh, meskipun tidak begitu berbeda dengan lamaran keenam, ternyata menjadi pintu bagi keberhasilan Mas Kailani. Memang kadang ada misteri dalam hadirnya keberhasilan dan kegagalan. Teman saya pernah bercerita, kalau kita masih gagal, mungkin karena kuota kegagalan kita belum habis. Jalani saja sampai jatahnya habis. Ini juga mengingatkan kita pada satu ajaran bahwa Tuhan memang tidak pernah tidur. Jika pun kita kadang tidak sadar hal itu, karena cara bekerja-Nya memang sangat misterius. Jika Mas Kailani kita minta untuk memberi nasihat, mungkin dengan sangat tenang, beliau menjawab “jangan menyerah!”.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

2 thoughts on “Setelah Enam kali Gagal Beasiswa Australia, Berhasil di Percobaan Ketujuh”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?