Ketika sedang jadi moderator sebuah webinar, saya diminta utuk membuatkan presentasi untuk acara di Filipina. Perintah seperti ini kerap muncul di era online karena kita tidak saling melihat dan tidak tahu apa yang sedang dikerjakan orang lain. Maka perintah yang bertumpuk kadang datang dengan mudah. Hal ini jadi lebih rumit, terutama, karena tugas yang diperintahkan itu kadang bukanlah tugas kita. Sayangnya, karena situasi, kadang kita tidak bisa menolak. Itu yang terjadi pada saya.
Saya lihat permintaan datang pukul 10.30 dan presentasinya katanya pukul 11.00. saya sedang jadi moderator. Sebenarnya ini tidak masuk akal, mengingat presentasi yang dimaksud adalah untuk country report. Sesuatu yang penting dan ada di level internasional. Permintaan ini dari sebuah kementerian dan konon akan dipaparkan oleh seseorang yang sudah ditugaskan.
Saya dengan mudah bisa bilang “tidak bisa” tapi saya pikir lagi. Tiba-tiba saja seperti ada Bendera Merah Putih berkelebat-kelabat di belakang saya dengan latar lagu-lagu perjuangan semacam Indonesia Raya berkumandang. Ada lambang Garuda Pancasila yang tiba-tiba berbayang. Ini lebay, tapi begitulah rasanya. Saya merasa ini urusan negara yang kalau saya katakan “tidak” bisa berakibat pada citra bangsa. Okay, ini lebay!
Saya mengiyakan dan pukul 10.54 sudah saya selesaikan PPT itu dan kirimkan. Tentu tidak sempurna. Setidaknya ada dan bisa dijadikan bahan paparan. Saya pikir begitu. Yang menarik, pukul 11 lewat sedikit ada pesan WA lagi dari orang yang sama. Dia meminta saya untuk memaparkan presentasi itu karena orang yang ditugaskan sebelumnya mendadak tidak bisa. Semua serba mendadak.
Apa yang bisa saya lakukan? Ada banyak yang bisa dilakukan tapi saya memilih bersedia. Masalahnya, saya masih jadi moderator dan harus tuntaskan tugas. Saya segera online di dua perangkat dan memantau kedua acara. Ketika sudah agak senggang di webinar, saya menyimak rapat di Filipina. Ternyata delegasi Filipina sedang presentasi dan Indonesia mendapat giliran terakhir setelah Thailand dan Vietnam. Saya pikir, ini berita baik karena artinya saya bisa melanjutkan tugas sebagai moderator di webinar sebelah.
Saya pun kembali fokus ke webinar dan mengantarkan diskusi hingga akhir. Saya memastikan jalannya diskusi terarah dan tidak molor. Ini penting karena saya tidak ingin terlambat masuk rapat di Filipina dan tidak ingin terlambat mewakili Indonesia. Maka sekitar pukul 11.50 saya tutup diskusi webinar dan dilanjutkan dengan foto bersama. Ini yang bikin gelisah karena acara foto bersama di Zoom biasanya agak runyam. Benar saja, sedikit lebih lama dari yang saya antisipasi.
Begitu kelar foto bersama, saya langsung mau melesat ke ruang sebelah. Tapi tunggu dulu, saya perlu mengganti virtual background saya agar sesuai dengan acaranya. Selain itu, harus menggambarkan bahwa saya mewakili Indonesia, bukan institusi saya. Saya buat sebuah gambar dengan cepat mengunakan PPT. Saya pun masuk ke ruang pertemuan dan mendapati suasana sepi. Saya berharap Vietnam masih presentasi dan ternyata sudah selesai. Saya ragu harus ngapain. Rupanya semua orang nunggu saya dan tadi sudah sempat dipanggil.
“Mr. Andi, are you ready?” tiba-tiba saya mendengar nama saya dipanggil dan segeralah saya presentasi. Dengan degdegan dan persiapan mengenaskan, saya selesaikan presentasi sesuai waktu yang ditetapkan. Saya tidak tahu hasilnya bagus atau tidak, yang penting saya telah tunaikan kewajiban.
Pelan-pelan lambaian Bendera Merah Putih melambat di belakang kepala saya. Dari yang semula berkibar hebat, kini melambat menjadi tenang bergerak ritmis bersama angin yang sepoi-sepoi tenang. Pukul 12.10, satu pesan masuk dari peseta Indonesia “Pesentasi yang luar biasa! Terima kasih.” Sungguh hari yang berkesan dan menyehatkan jantung.