Supaya Kelas Online Tidak Seperti Kuburan


Ini sering terjadi. Kelas online sangat sepi layaknya kuburan. Pertama karena mahasiswa umumnya tidak menyalakan kamera, apapun alasannya, dan kedua karena interaksi sangat sulit dilakukan. Bahkan ketika dosen bertanya “apa kabar?” pun kadang tidak dijawab. Setidaknya sebagian besar tidak merasa wajib menjawab. Masing-masing merasa sebagai partisipan yang ‘tidak penting’ karena tidak kelihatan. Masing-masing merasa tersembunyi dan kehadiran atau ketidakhadirannya tidak menghadirkan perbedaan apapun.

Ketika dosen meminta pendapat di tengah perkuliahan, mahasiswa sering kali sepi dan damai. Tak ada suara. Hal yang sama juga terjadi ketika dosen bertanya sesuatu atau ketika dosen meminta mahasiswa untuk bertanya. Sama saja. Sepi seperti kuburan.

Apa yang bisa dilakukan? Situasi ini kadang membuat para dosen patah arang. Menyiapkan kuliah online itu melelahkan. Kita tahu. Hati tambah kecewa ketika ternyata mendapati kelas layaknya kuburan. Apakah harus menyerah? Tentu tidak!

Tadi coba saya terapkan hal baru ketika mengajar di Sekolah Vokasi UGM. Saya mengajar metode penelitian dan membahas struktur proposal. Sudah ada template sehingga saya hanya menayangkan berkas doc yang sudah siap. Memang mudah karena tidak perlu menyusun bahan baru tapi di sisi lain, ini rawan membosankan karena tampilan layar yang monoton.

Salah satu cara adalah dengan membangun interaksi. Tapi sulit. Wong ditanya kabar saja kadang mahasiswa diem kok, apalagi diajak diskusi. Akhirnya saya ‘akali’ dengan interaksi anonim. Saya buatkan sebuah Google Form untuk interaksi. Sebelum itu, saya tandai dulu di file template itu, bagian-bagian yang menarik untuk didiskusikan.

Kami mulai dengan membuat simulasi sebuah judul skripsi. Ketika sampai pada bagian awal pembahasan latar belakang, saya bertanya, apa yang perlu disajikan di latar belakang sesuai dengan judul yang sudah disepakati. Saya meminta mereka menulis jawabannya di Google Form. Ternyata lumayan. Ada belasan jawaban yang kemudian kami bahas. Ini berlangsung di beberapa bagian, misalnya ketika membahas penelitian terdahulu, tujuan penelitian, manfaat, alat dan bahan dan seterusnya. Menggunakan link Google Form yang sama. Tiap topik diskusi, ada lebih dari 10 jawaban dan kemudian saya sudah cukup sibuk membahas pendapat mereka.

Agar seru, saya tampilkan jawaban mereka di layar ketika membahas. Setiap orang tahu pendapat mereka sendiri tapi tidak ada orang lain yang tahu pendapat temannya. Ini menimbulkan sensasi tersendiri. Mereka tidak ragu berpendapat. Meskipun tanpa suara dari mahasiswa, saya merasakan kelas saya ‘ramai’ dengan diskusi. Total ada 87 pendapat mahasiswa selama sejam kelas berlangsung. Jadi, meskipun sepi tanpa suara mahasiswa, kelas saya tetap tidak terasa seperti kuburan.

Oy ya, seperti biasa, sebelum kelas mulai, saya putarkan lagu. Kali ini Bimbang dari Melly Guslow. Setelah kelas berlangsung, saya tutup dengan Tukar Jiwa dari Tulus. Oh ya, saya tidak mengatakan kelas saya ini berhasil. Saya hanya merasa lebih senang dan lebih bersemangat. Semoga mahasiswa juga demikian.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

One thought on “Supaya Kelas Online Tidak Seperti Kuburan”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: