Beredar sebuah tulisan di berbagai media sosial tentang Kamala Harris yang beragama Hindu dan dilantik menggunakan Kitab Bhagavad Gita (BG). Tidak sulit memastikan bahwa berita itu tidak benar. Kamala bukan seorang Hindu dan dia tidak pernah dilantik menggunakan BG. Jika mau meluangkan sedikit waktu, tidak sulit menemukan identitas seorang Kamala Harris yang baru saja terpilih menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat. Selain itu, presiden dan wapres Amerika Serikat belum dilantik hingga Januari 2021 nanti.
Benar, Kamala memang dekat dengan Hindu karena ibunya, mendiang Shyamala Gopalan Harris, adalah seorang Hindu. Meski demikian, ayah Kamala, yang berasal dari Jamaica, adalah seorang Baptist (Nasrani) . Kamala sendiri sejak kecil menganut Baptist dan telah menjalankan kehidupan gereja sejak usia dini. Hingga kini, Kamala bahkan masih aktif memberikan ceramah di Gereja. Kamala, seperti pengakuannya, begitu menjunjung tinggi pluralitas. Ini merupakan konsekuensi dari interaksinya dengan Ibunya yang Hindu, dia dan adiknya yang Baptist dan suaminya yang Yahudi. Pada keragaman keyakinan itu pula dia menemukan kekuatan dan makna keyakinan agama bagi perjuangan politik.

Mengapa beredar kabar bahwa Kamala adalah seorang Hindu dan dilantik dengan BG? Adalah peredaran sebuah foto yang menujukkan seorang politisi perempuan yang dilantik dengan BG yang menjadi salah satu pemicunya. Foto itu beredar bersamaan dengan sebuah tulisan yang berjudul “Belajar dari Kemala Harris, Diangkat Sumpah dengan Bhagawad Gita”. Entah ini kekeliruan biasa atau disengaja, mendampingkan foto tersebut dengan tulisan dengan judul demikian, dengan cukup mudah menimbulkan kesalahpahaman.

Di banyak grup Whatsapp yang beranggotakan orang Hindu, hal ini menjadi pebincangan seru. Menariknya, tidak sedikit yang langsung percaya dan menyatakan kebanggaanya. Bangga karena ada orang Hindu yang menjadi wapres Amerika Serikat. Hal ini bisa dipahami namun juga menjukkukkan betapa sentimen primordialisme memang bisa dengan mudah mengikis kemampuan untuk berpikir kritis. Ini perkara serius, jika memang benar demikian.
Yang ada di dalam foto yang beredar itu adalah politisi perempuan lain bernama Tulsi Gabbard. Dia adalah orang Hindu pertama yang menjadi senator Amerika. Dalam hal ini, wajar jika dia dilantik dengan BG. Tidak ada yang aneh. Kesalahan terjadi ketika gambar ini digunakan untuk mendampingi tulisan lain tentang Kamala Harris. Selain keduanya memang tidak berhubungan, tulisan tersebut juga mengandung kesalahaan. Pertama, Kamala dikatakan sebagai pemeluk Hindu padahal bukan dan kedua, ayah dari Kamala disebut bernama Thomas Harris padahal seharusnya Donald Harris. Mungkin banyak lagi yang lain.
Sesungguhnya, ada banyak berita dan fakta mengenai Kamala Harris. Ini sangat mudah dicek jika mau karena berita resmi beredar di mana-mana. Hal berikutnya yang menarik adalah mengapa berita semacam ini mudah dan cepat beredar di kalangan orang Hindu? Pada sebuah grup WA Hindu yang isinya adalah alumni berbagai universitas besar di Indonesia dengan profesi sebagai dosen atau professional lainnya, berita soal Kamala yang Hindu ini juga beredar cepat. Menariknya, oleh banyak orang, berita itu disebarkan tanpa keraguan, seakan memang pasti benar dan tidak ada usaha untuk mengklarifikasi. Kalaupun ada, sangat klise, dengan tambahan “apa ini benar ya?” tapi di saat yang sama, beritanya sudah disebarkan begitu luas.
Kita mungkin tak banyak sangkut pautnya dengan Joe Biden atau Kamala Harris tapi cara kita memperlakukan berita menunjukkan jati diri kita. Mungkin kita tak perlu khawatir akan menjadi antek Amerika. Kita perlu khawatir kalau kita diam-diam telah terjajah oleh ketidakmampuan kita sendiri untuk berpikir kritis atau kemalasan kita sendiri untuk meneliti kebenaran sebuah berita. Yang lebih serius, jangan-jangan kita telah dipasung oleh semangat ‘identitas sempit’ yang membuat kita abai akan akal sehat kita sendiri. Semoga tidak separah itu.
PS. Tulisan ini mungkin mengandung kesalahan. Sebaiknya tidak dipercaya begitu saja dan mohon mengacu kepada sumber resmi. Jika ada kekeliruan, silakan dikoreksi.