Bagaimana UGM Menyambut Mahasiswa Baru?


Saya mengawali tulisan ini di sebuah ruangan di Teknik Mesin dan Industri UGM. Di depan saya ada 38 anak muda Indonesia yang meletup-letup gairahnya Semua itu nampak dari mata mereka yang selalu nanar dan senyum yang tersembul bergitu rajin. Mereka mahasiswa baru UGM angkatan 2019. Konon mereka adalah sebagian dari 8000an anak muda terbaik Indonesia yang berhasil masuk UGM setelah ‘menyisihkan’ 195ribuan peminat. Sebuah rasio yang mengesankan.


Di UGM, menyambut mahasiswa baru jadi ritual yang serius. Sejak tahun 2012 lalu, bentuk orientasi mahasiswa baru dikemas dengan pendekatan modern berupa pelatihan. Hal ini bisa dilihat dari namanya, PPSMB, singkatan dari Pelatihan Pembelajar Sukses untuk Mahasiswa Baru. PPSMB ini menjadi proyek serius UGM yang melibatkan pimpinan tertinggi UGM dan digawangi oleh Direktorat Kemahasiswaan di bawah naungan Wakil Rektor bidang Pendidikan, Pengajaran dan Kemahasiswaan (WRPPK).

PPSMB melibatkan ratusan mahasiswa senior yang bertindak sebagai co-fasilitator (Cofas) di level univeristas dan puluhan dosen yang bertindak sebagai fasilitator. Selain itu tentu saja ada puluhan karyawan, terutama di Direktorat Kemahasiswaan, yang bekerja tak kenal lelah. Yang unik, PPSMB ini ada di dua level yaitu fakultas dan Universitas. Di level fakultas, tentu ada kegiatan tersendiri yang khas dan terkait erat dengan fakultas. Tentu saja ada puluhan atau ratusan orang di masing-masing fakultas yang juga terlibat. Sementara itu, di level universitas, fokus pelatihannya adalah soft skill yang diberikan dalam bentuk pelatihan. Di sinilah dosen-dosen mengambil peran sebagai fasilitator atau trainer.

Untuk bisa menjadi fasilitator ini, ada rekruitmen khusus. Selain itu, dosen-dosen yang pada dasarnya sudah terbiasa mengajar ini diberi pelatihan untuk mengajar lagi. Ada Training of Trainers (ToT) yang digelar khusus untuk dosen-dosen ini. Kita tahu, kami, para dosen, adalah makhluk yang tidak mudah diajar dan disuruh-suruh, apalagi digurui. Maka kerja panitia jadi makin berat. Informasi ini sekaligus curhat dan pengakuan dosa.

Sejak tahun 2015 saya mendapat kehormatan menjadi salah satu trainer untuk soft skill ini. Satu dosen diminta menangani satu kelas yang terdiri dari sekitar 40 orang mahasiswa baru. Dengan demikian, ada setidaknya 200 kelas di UGM bagi 8000an mahasiswa itu. Ada 200an dosen yang terlibat dan harus diberi pelatihan terlebih dahulu. Harapannya, masing-masing dosen memiliki pemahaman yang sama dan mampu menyajikan materi dengan standar yang sama.

Materi dalam pelatihan soft skill PPSMB ini disusun oleh tim pakar di bidangnya, tentu dengan memerhatikan masukan dari berbagai pihak, termasuk dosen lain yang bukan tim ahli. Selain itu, penyempurnaan materi selalu dilakukan dari tahun ke tahun. Masukan dari dosen yang bertugas tahun lalu menjadi bahan bagi penyempurnaan materi tahun ini dan demikian seterusnya. Yang jelas, materi yang disiapkan begitu lengkap. Tayangan berupa berkas power point sudah disiapkan, dilengkapi dengan modul rinci yang dijadikan pedoman untuk menyajikan materi tersebut. Pada modul itu dijelaskan secara lengkap slide nomor berapa memuat materi apa dan bagaimana cara menyajikannya.

Saya, yang sok sibuk ini, mau tidak mau harus tetap mengikuti prosedur sesuai aturan, untuk bisa menjadi seorang fasilitator. Karena tidak bisa mengikuti ToT di hari yang ditetapkan, panitia menyiapkan hari lain sebagai alternatif. Maka sayapun mengikuti ToT versi khusus. Maksudnya khusus bagi dosen-dosen yang kurang cakap mengatur waktu atau kewalahan bertempur dengan waktu dan tugas hehe. Apapun jabatan di UGM, untuk menjadi fasilitator tetap harus mengikuti ToT. Sesederhana itu. Meskipun tahun lalu sudah ikut bertugas? Ya, meskipun tahun lalu sudah ikut bertugas, tahun ini tetap harus belajar lagi. Ingat, materinya disempurnakan terus dari tahun ke tahun. Meskipun sudah biasa presentasi di berbagai forum di manca negara? Ya meskipun sudah juara di mana-mana, tetap harus berlatih dan dilatih. Titik.

Tahun ini, seperti juga tahun lalu, saya kembali mengikuti ‘kelas khusus’ ToT. Karena tidak sempurna mengikuti pelatihan, saya harus merelakan waktu belajar sendiri lewat modul dan PPT yang sudah disediakan. Untung juga ada grup WA sehingga sesama trainer bisa berbagi dan panitia berkenan menjawab dengan suka cita setiap kali ada pertanyaan. Baik yang serius, yang ‘bodoh’, maupun yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan lagi. Mereka sabar sekali.

Tanggal 8 Agustus 2019, tibalah hari yang penting itu. Selalu degdegan ketika mengisi materi soft skill PPSMB. Pasalnya, kami, para dosen fasilitator itu, bisa jadi adalah dosen UGM pertama yang mereka temui sebagai pengajar di kelas. Kami adalah dosen UGM pertama bagi mereka yang secara penuh mengisi beberapa sesi sekaligus selama hampir seharian, dari jam 7.00 hingga 4.00. Konon, kesan pertama begitu penting, maka kami tak bisa tampil tanpa persiapan. Kami tentu tidak ingin kesan mahasiswa baru UGM terhadap UGM langsung runtuh dan lunglai hanya gara-gara pertemuan pertamanya dengan dosen UGM berantakan dalam kesan. Maka pahamilah ketegangan saya ini.

Di kelas, saya dibantu oleh seorang Cofas, seorang mahasiswa UGM tingkat dua. Oman, demikian panggilannya, adalah satu dari 400an Cofas yang terpilih dari 1000an mahasiswa UGM yang berminat. Mereka memang pilihan sehingga sikap dan kinerjanya sangat baik. Selain itu, cara komunikasi para Cofas ini juga mengesankan. Bahasa tulisnya bagus, bahasa verbalnya juga sangat baik. Mereka memang harus menjadi contoh yang baik bagi adik-adiknya.

Dosen UGM mungkin memang harus merasa beruntung karena mahasiswa baru UGM sangat mudah diajar. Makanya kalau hasilnya bagus, belum tentu karena kami pinter ngajar. Bisa jadi karena memang bibitnya baik dan potensinya sudah keren dari sananya. Maka kelas saya selama PPSMB terasa sangat menyenangkan. Tidak saja mereka, saya pun belajar dari interaksi itu. Berbagai materi terlewati dengan baik. Saya tahu sebagian dari mereka merasa mengantuk di jam-jam kritis tetapi mereka berusaha keras untuk tetap terjaga, konsentrasi dan memberi respon positif. Saya bilang “saya bisa tampil baik karena kalian memberi energi positif di sepanjang interaksi kita”.

Materi softskill yang diajarkan kepada mahasiswa baru, secara umum ada empat. Yang pertama adalah kesiapan menjadi mahasiswa dan kemampuan melewati masa transisi dari SMA/sederajat ke perguruan tinnggi. Materi kedua fokus pada keterampilan dalam belajar serta pentingnya integritas akademik. Materi ketiga mengajarkan mahasiswa untuk bisa menjadi pribadi tangguh dalam perjalanannya selama di UGM. Tentu akan banyak godaan dan tantangan maka komitmen dan keteguhan hati menjadi penting untuk ditanamkan. Materi keempat adalah social skill. Mahasiswa diajak untuk memahami pentingnya keterampilan dalam berinteraksi sosial, termasuk dalam hal komunikasi dengan berbagai pihak. Keempat materi itu dikemas dalam bentuk ceramah, permainan, diskusi, dan presentasi. Sangat menyenangkan melihat anak-anak muda yang antusias dan bersemangat untuk memperkaya intelektualitasnya.

Di hari kedua pelatihan soft skill, mahasiswa diberi kesempatan untuk merancang sebuah proyek sosial. Kami menyebutnya action plan. Intinya, setelah diberi berbagai materi tentang peran dan posisi mereka di masyarakat, mahasiswa UGM diberi kesempatan untuk menunjukkan kepedulian mereka pada masyarakat sekitar. Mereka harus merancang sebuah kegiatan yang melibatkan semua orang di kelas dan kegiatan itu harus bermanfaat bagi masyarakat. UGM menyediakan dana, meskipun tidak banyak, untuk kegiatan tersebut dan tidak boleh digunakan untuk sekedar bersedekah. Kegiatan tersebut harus memberdayakan, bukan hanya menyuapi masyarakat dengan materi. Ini bisa dikatakan sebagai simulasi KKN bagi mahasiswa baru.

Saat membuka materi di hari kedua, saya ceritakan bagaimana UGM membangun tradisi peduli pada bangsa yang kemudian menjelma menjadi KKN. Di tahun 1952, ketika pemerintah Indonesia membangun sekolah-sekolah di seluruh nergeri, kita kekurangan guru. UGM berinisiatif mengirimkan mahasiswa ke sekolah-sekolah tersebut untuk mengajar. Di antara mereka tersebutlah seorang mahasiswa Fakultas Hukum, Koesnadi Hardjasoemantri yang berangkat ke Kupang. Tiga puluh tahun kemudian, Koesnadi kita kenal sebagai Rektor UGM yang fenomenal.

Di Kupang, Koesnadi bertemu seorang siswa cemerlang meskipun tidak dimanja fasilitas. Koesnadi muda kemudian berinisiatif membawa anak muda ini ke Jogja untuk kuliah di UGM. Tentu saja Koesnadi harus meyakinkan UGM yang kemudian menerima usulan itu. Bisa dibilang, ini jadi cikal bakal seleksi masuk UGM tanpa tes (PMDK, PBUD, SNMPTN). Siswa itu belajar di Fakultas Ekonomi dan kelak di kemudian hari kita kenal anak itu bernama Adrianus Mooy. Beliau adalah Gubernur Bank Indonesia.

Saya sampaikan kepada mahasiswa baru UGM bahwa “bertemu dengan masyarakat dalam KKN tidak hanya untuk membuat jembatan, pengerasan jalan, penyuluhan kesehatan, atau membangun MCK. Yang sangat penting adalah membantu masyarakat untuk menemukan potensinya sehingga mereka bisa menolong dirinya sendiri.” Saya pun melihat wajah-wajah mahasiswa baru yang penuh gairah, seperti wajah Peter Parker (Spiderman) yang mendapat izin dari Mary Jane untuk menolong orang-orang lemah. Mahasiswa itu mungkin mendengar ucapan Mary Jane kepada Peter Parker “Go get ‘em tiger!

Di penghujung kelas, saya kutipkan ucapan masyur dari Malcolm Forbes tentang pendidikan. “Forbes penah berkata ‘the purpose of education is to replace an empty mind with an open one’. Bahwa tujuan pendidikan bukanlah menjejali kepala kita dengan ilmu dan informasi. Pendidikan semestinya berujung pada keterbukaan pemikiran. Selamat datang di UGM!”

PS. Tulisan ini diselesaikan di Bandara Adi Sutjipto, dalam perjalanan menuju Pulau Sebatik untuk mendampingi mahasiswa UGM yang sedang ber-KKN di perbatasan negeri.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

6 thoughts on “Bagaimana UGM Menyambut Mahasiswa Baru?”

  1. jadi kangen UGM, hehe..dulu kalau udah pake jaket almamater UGM bangganya minta ampun..
    jadi inget waktu mahasiswa terus dibimbing dosen buat KKN di Banjarnegara nih om..

  2. pelayanan panitia dan tampilan slide di Grha Sabha Pramana waktu temu orang tua mahasiswa baru tahun 2019 juga keren dan profesional pak andi…..momen yg sangar mengesankan

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: