Seorang perempuan muda yang menjajakan mawar di perempatan depan Gramedia Jalan Solo, Jogja mungkin tidak menduga saya akan membeli sekuntum mawar yang ditawarkannya dengan ragu sore tadi. Saya buka jendela dan dia mendekat ragu. “Berapa satu tangkai?” tanya saya dan dijawabnya semangat “sepuluh ribu Bapak”. Meluncur selembar berwarna merah ungu dan bertukar menjadi setangkai mawar merah.
Untuk apa saya membeli bunga mawar? Untuk Asti yang menunggu di rumah. Untuk Lita yang kadang sudah tertidur pulas saat saya membuka pintu depan rumah. Mengapa hari ini? Apa istimewanya? Tidak selalu butuh hari istimewa untuk membeli sekuntum mawar. Saya membelinya tanpa alasan karena demikianlah cinta: tanpa alasan.
manis sekali pak, hehe :))
Really? Terima kasih ya Chelin
Singkat namun sangat inspiratif mas Andi (setidaknya bagi saya yang sering pulang kantor telat).
Terima kasih š
Saya merasakan hal yang sama Mas …
salam kenal pak. saya baru tahu website anda 2 hari yang lalu dan ini kedua kalinya saya buka website anda. terima kasih untuk info-infonya. saya suka renungan yang satu ini …
Terima kasih Herlinda š salam kenal.
penulisan tentang cinta dengan cara yang sangat sederhana tapi penuh makna dan sangat manis.Salut buat bapak yang masih bisa menyisipkan sedikit waktu sekedar untuk berbagi hal sederhana yang sudah banyak dilupakan banyak orang di zaman super sibuk ini…:-)…salam kenal ya pak….
sepuluh ribu pak? trlalu mahal. biasanya hanya 5 ribu.. š
Apa yg mahal dalam Cinta?
Jika kita mencintai dengan suatu “ALASAN” maka cinta itu bisa saja akan pergi..hilang..sirna..jika ” ALASAN” tersebut suatu saat juga hilang..sirna..lenyap dr sesuatu yg kita cintai. Bang Andi betulll!! š