Jika Anda menggunakan Gmail, Anda pasti tahu kalau email dengan topik/subyek yang sama akan disusun menjadi percakapan. Topik yang dibicarakan pada suatu mailing list, misalnya, akan dikumpulkan menjadi satu percakapan dengan satu subyek. Positifnya, kita tidak akan kehilangan konteks percakakapan karena bisa melihat urutan komentar dalam satu percakapan panjang. Hal ini berbeda dengan email lain yang punya prinsip satu baris email untuk satu pengirim sehingga akan ada banyak email dengan subyek sama. Maka tidak jarang kita lihat ada orang yang tiba-tiba berkomentar di mailing list tentang suatu isu yang sebenarnya sudah selesai dibicarakan. Pada emailnya, topik pembicaraan tidak muncul sebagai percakapan seperti halnya di Gmail tetapi muncul sebagai email yang terpisah-pisah. Mungkin Anda juga pernah mengalami hal demikian, terutama di mailing list yang rame.
Fitur Gmail yang seperti ini juga bisa menimbulkan kesalahan. Karena disusun dalam bentuk percakapan, pernah sekali waktu saya membaca komentar dari A lalu diteruskan membaca komentar lain dari B. Karena kurang perhatian, saya masih merasa membaca komentar A ketika membaca komentar B itu. Mengingat A adalah orang yang cenderung saya sukai maka pendapat B yang saya baca juga terasa positif karena secara psikologis saya merasa sedang membaca komentar A. Pada selang waktu berikutnya, saya baru sadar bahwa itu adalah pendapat dari B yang selama ini cenderung tidak saya setujui pemikirannya. Ketika dibaca ulang, tiba-tiba hal positif yang saya rasakan ketika membaca pertama kali tadi, hilang entah ke mana. Gmail itu mengajarkan saya satu hal bawa saya tidak bisa lepas dari sifat subyektif.
Saya duga, semua orang subyektif dalam kadar tertentu, dan setiap orang pasti bias dalam melihat sesuatu. Karena demikian halnya maka yang membedakan orang adalah caranya dalam mengekspresikan kesubyektifan dan kebiasan itu. Yang terbaik tentu saja adalah yang sedapat mungkin tidak merusak. Karena semua orang pasti bias, maka saya ingin memilih untuk dibiaskan oleh banyak perpektif, bukan kebenaran tunggal, apalagi yang dipaksakan.