Bagaimana Ilmu Geodesi Menjelaskan Qiblat?


Selamat menunaikan ibadah puasa bagi sahabat Muslim di seluruh dunia. Semoga puasanya lancar hingga akhir nanti. Dalam rangka menyambut Ramadhan dan menghormati sahabat Muslim yang berpuasa, saya coba jelaskan perihal arah Qiblat dari kacamata Geodesi. Video berikut ini murni pemahaman saya secara ilmiah berdasarkan ilmu terkait di Geodesi.

Jika ada hal yang kurang tepat dari pemaparan saya di video ini, semata-mata karena kesalahan pribadi. Mohon kesediaan Anda menghubungi saya jika menemukan kesalahan sehingga bisa dikoresksi. Selamat menikmati dan semoga bermanfaat.

Lihat juga posting sebelumnya tentang program Excel untuk menentukan Qiblat.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

24 thoughts on “Bagaimana Ilmu Geodesi Menjelaskan Qiblat?”

  1. terima kasih Pak Andi. Kiprah Pak Andi, sudah saya kenal semenjak membaca buku Cincin Merah di Barat Sonne. (Walaupun saya bukan ber-background earth science). Kebetulan saya bekerja di Bakosurtanal. Terima kasih juga sudah membagi tips mendapatkan beasiswa.

  2. Salut buat Pak Made Andi yang sangat toleransi terhadap umat Islam, kebetulan saya dari Mataram Lombok, dimana penduduknya sekitar 40 persen Hindu. Saya melihat apa yang Pak Andi tulis di internet ini adalah pembelajaran buat kita untuk bertoleransi dan membangun bangsa yang kuat. Salam dari Lalu Adi Permadi, Universitas Mataram

  3. Sebelumnya mohon maaf,ini pertanyaan dari tukang soto,seandainya kita berada di bujur yg berbeda 180 dan lintang yg sedikit berimpitan di selatan Kota Mekkah, bagaimana arah kiblat itu pak? Matur nuwun dari sugeng Mgl

    1. Mas Sugeng,
      Koordinat Ka’abah yg saya rekam dari GE adalah:
      Lat: 21°25’20.97″N
      Lon: 39°49’34.36″E

      Jadi titik yang Mas tawarkan ini berarti (misal saya namai titik P):
      Lat: 20°25’20.97″N (1 derajat di selatan Ka’abah)
      Lon: 140°10’25.64″W (beda 180 derajat dg Ka’abah)

      Maka arah qiblatnya ke utara, melalui kutub utara. Dari kutub utara lalu mengarah ke selatan menuju Ka’abah. Dari kacamata orang yang ada di titik P, qiblatnya adalah ke Utara.
      Silakan unduh file KMZnya untuk ditampilkan di Google Earth: http://goo.gl/YQiGf

      Ini salah satu contoh yg bagus untuk menunjukkan bahwa peta merkator tidak bisa dijadikan untuk menunjukkan qiblat sebenarnya karena di peta, kelihatannya qiblat menuju arah timur 🙂 Coba lihat ini: http://goo.gl/AlnnO

  4. Saya tidak mengerti kenapa kutub utara dijadikan patokan penentuan sudut kiblat jika yg seharusnya menjadi patokan adalah masjidil haram itu sendiri sehingga mengakibatkan arah kiblat jogjakarta dan Sapporo hampir mirip. Mohon jelaskan, Mas.

    Subhan Zein

    1. Arah qiblat memang menuju Ka’abah Mas Subhan tapi kita perlu referensi karena tidak bisa melihat Ka’abah secara kasat mata. Misalnya di Jawa, qiblat adalah arah barat serong ke kanan (utara) karena memang kenyataannya orang lebih familiar (di Jawa) dengan arah mata angin. Oleh karena itulah referensi arah menajadi penting. Tidak harus menggunakan arah utara sebagai referensi, bisa juga arah barat atau lainya. Jika kita pakai arah utara sebagai referensi (karena umumnya orang Indonesia -terutama di Jawa dan Bali yang saya paham- tahu arah utara), maka qiblat adalah ke arah utara serong ke kiri agak banyak 🙂 (atau dengan akta lain, serong ke barat). Artinya, secara ilmiah ini sama dengan mengukur sudut dari arah utara ke arah qiblat.

      Eksperimen tentang Sapporo ini sebenarnya berawal dari pertanyaan seorang kawan yang pernah ke Jepang. Dia kaget melihat petunjuk arah Qiblat di hotel yang ternyata mengarah ke barat serong ke utara (atau bisa juga disebut ke utara seorong ke barat). Dia lalu bertanya, bagaimana hal ini dijelaskan padahal kalau melihat peta jelas2 Ka’abah ada di sebelah barat agak selatan Sapporo. Menurut dia, semestinya qiblatnya mengarah ke barat dan serongnya ke selatan, bukan ke utara. Hal ini kemudian bisa dijelaskan dengan video yang saya tampilkan ini. Bahwa arah yang ditampilkan oleh peta itu “menipu” karena garis qiblat mengikuti kaidah garis geodesik yang setelah ditentukan ternyata seperti yg dijelaskan di video. Selain itu, garis qiblat tidak diwakili oleh garis lurus di peta. Ini penting! Dengan mengikuti kaidah ini, arah qiblat dari Sapporo ternyata ke barat serong ke utara. Untuk memudahkan pemahaman, saya jadikan arah utara sebagai referensi. Demikian Mas Subhan 🙂

  5. walaupun masih bingung awalnya dgn penjelasan bapak, tp setelah dilihat sekali lagi video nya,,akhirnya saya ngeh juga,,,hehehhe….video yg bagus pak, izin share ya pak,,, 😀

    Indrian RA

  6. screen capture nya pake software apa Mas? trus rekaman suaranya juga bisa dimasukkan pake software yg sama kah? trimakasih lagi

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: