Empat belas April


Saat masih semester awal di UGM, saya sering bermain ke kos para senior, mahasiswa yang kartu mahasiswanya tinggal beberapa bulan masa berlakunya. Di mata saya, mereka sudah sedemikian hebat, sudah tinggi dan sudah bijaksana. Suatu kali saya menemukan tulisan yang menarik tertempel di dinding sebuah kamar kos seorang mahasiswa senior. “Tutut love Nila” demikian kira-kira bunyi tulisan yang grammar-nya salah itu. Dalam hati saya tersenyum, ternyata orang-orang hebat inipun berlaku seperti anak ABG, menuliskan nama dan orang yang dicintainya di dinding. Demikian saya berpikir. Waktu itu, saya duga hanya anak-anak semester awal saja yang berlaku demikian, ternyata mereka yang sudah akan menyandang gelar sarjana pun masih ekspresif dalam urusan cinta.

Seiring berjalannya waktu, sayapun melewati masa-masa menjadi mahasiswa senior dan ternyta kebiasaan yang setara “Tutut love Nila” tidak hilang pada saya. Di halaman persembahan skripsi bahkan saya tulis “Untuk Asti – mawar yang kita tanam di halaman rumah kita akan segera berbunga”. Alangkah ABG-nya kalimat itu, mungkin begitu ada yang merasakan. Namun ternyata tidak. Dalam cinta, saya dan banyak orang lainnya mungkin tidak pernah dewasa, apalagi tua.  Setelah sembilan tahun kalimat itu saya tulis dan pamerkan, perasaan ABG itu masih saja ada. Bahkan ketika anak kami hampir gadis, deru perasaan masih saja tak beda.

Yang berbeda mungkin adalah lingkungan. Cinta tak lagi selalu sama dengan berkendara di rintik-rintik hujan menuju warung batagor di Sagan, tidak juga selalu sama dengan kenakalan-kenakalan kecil yang dilakukan dengan mencuri-curi. Kini, cinta berarti memandikan Lita dan menjalin rambutnya, atau mencium kening yang dilakukan tergesa sebelum perjalanan ke Oslo atau Tokyo untuk memikirkan dunia. Cinta bisa juga berarti obrolan singkat tentang masyarakat yang perilakunya mengundang tawa, atau tentang pemimpin yang tak lagi berwibawa.

Namun pada dasarnya sama. Ketika anak-anak ABG punya cinta monyet, maka mereka yang tua punya cinta kingkong. Jika memang masih saling mencintai maka “Tutut love Nila” tetap boleh ditulis dan ditempel di dinding kamar, meski grammar-nya tetap salah. Selamat ulang tahun cinta.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

6 thoughts on “Empat belas April”

    1. Mungkin karena Cahya yakin bahwa yang nulis itu adalah Tutut, sehingga bisa dibaca “I love Nila” sehingga tidak perlu ada huruf ‘s’ di belakang kata ‘love’ 😀

  1. Senang membaca bagian ini, khususnya menyinggung-menyinggung kaum muda, saya jadi merasa disinggung.. ^_^

  2. wah..berarti cinta itu tak termakan waktu!?
    baiklah..menambahkan bumbu berikutnya yg bernama ‘cinta’ utk membuat mesin waktu

    eh.eh, salam kenal,pak…:)
    jikalau boleh,saya teriakkan, “salam Trisma!!!”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: