Penghargaan akan datang


Terbang

Tahun 2003, saya resmi memulai karir sebagai seorang guru. Saya menjadi dosen di almamater saya di UGM setelah memutuskan sebuah pilihan sulit di Jakarta. Saya datang ke kampus setelah sedikit diracuni oleh dunia swasta berupa ilmu marketing seadanya dari Unilever dan kesaktian teknologi informasi dari Astra. Tanpa harus disengaja, saya memang terpengaruh dan barangkali ingin menerapkannya di kampus, meski sebisanya.

Seorang kolega senior sedang membuat buku panduan untuk mahasiswa baru. Seperti yang sudah-sudah, bukunya ingin dibuat sederhana menggunakan tata letak standar, dicetak, difotokopi lalu dijilid. Buku panduan itu bagaikan diktat. Entah mengapa, saya punya ide berbeda. Mahasiswa baru, anak muda yang lahir di penghujung 1980an dan terbiasa dengan MTV yang berkilat-kilat, rasanya perlu suguhan berbeda. Wajah muram standar buku panduan itu dengan logo UGM hitam di tengahnya rasanya bukan sesuatu yang membangkitkan gairah, meskipun berwibawa.

Nasib sebagai junior di nergeri bernama Indonesia sangatlah tipikal: Kalau punya ide harus bisa mewujudkan. Kalau suka buku panduan berkilat-kilat, maka buatlah dan jangan hanya usul. Get your hand dirty, begitu situasi mengajarkan saya.

Merasa tertantang atau apapun namanya, saya tenggelam berhari-hari dan bermalam-malam mewujudkan gagasan aneh itu. Karena menyenangi, tidak sedikitpun kelelahan itu menjadi alasan untuk sedih, apalagi menyesal. Di suatu siang yang hangat, saya menerima sebuah amplop bertuliskan “honor pembuatan buku panduan“.

Pada tahun 2006, kampus saya yang sebenarnya sudah cukup hebat, sedang tidak memiliki website yang terkelola dengan baik. Saya bukanlah ahli pembuat website, tetapi memiliki keyakinan bahwa website adalah sesuatu yang wajib bagi sebuah institusi pendidikan di abad 21. Tidak tahan dengan kenyataan, saya bergelut sendiri, tanpa diskusi dengan siapapun dan suatu sore saya menemui ketua jurusan. Kali ini saya tidak datang dengan ide, tetapi dengan sebuah URL, website jurusan saya telah online. Situasi mengajarkan saya untuk tidak banyak berdiskusi dan berdebat. Dua bulan kemudian saya menerima sebuah SK, Surat Keputusan, yang salah satu kalimatnya berbunyi “dipandang memiliki kecakapan bla bla bla.. sehingga diangkat menjadi Administrator website jurusan”. Seandainya saja saya memulainya dengan rapat koordinasi, lalu membentuk panitia dan menyusun anggaran, mungkin ceritanya akan berbeda.

Di penghujung Januari 2010, saya mendapat sebuah email dari Admission office University of Wollongong. Mereka tertarik dengan buku panduan yang baru saja saya tayangkan di internet. Buku ini adalah hasil dari mengejar beberapa teman saya agar mau menuliskan pengalamannya dan dikumpulkan dalam bentuk buku berbahasa Indonesia. Seorang perempuan profesional yang mengajak saya diskusi tanggal 1 Februari 2010 dengan mantap mengatakan bahwa pihak universitas bisa memberikan dana dengan imbalan logonya dipasang di buku panduan tersebut.  Kalau saja saya mulai dengan menulis proposal, berdiskusi dan rapat untuk membuat sebuah buku panduan, pertemuan dengan perempuan ini tentu belum akan terjadi.

Ada banyak sekali kisah yang mengajarkan saya satu hal: Lakukanlah sesuatu, maka penghargaan akan datang.

Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

4 thoughts on “Penghargaan akan datang”

  1. baca tulisan ini abis sahur serasa membaca kuliah subuh waktu SD. 🙂 memberikan semangat. makasih, pak ustadz andi. ;))

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: