“I am excited to meet Shin Tay,” Lita berteriak girang saat akan saya antar ke sekolahnya. Saya baru kali ini mendengar nama temannya ini. Spontan saja saya bertanya, “is she a Chinese?” Lita juga spontan menjawab “No, Ayah. She is a girl. She is my best friend!“
Saya tercenung sesaat, menyadari betapa bodohnya pertanyaan saya pada anak yang belum lagi genap 4 tahun usianya. Mungkin sulit mencari pertanyaan yang lebih bodoh dari perihal ras kepada anak balita. Mana peduli mereka dengan ras, mana urusan mereka dengan warna kulit. Apalagi agama, mereka tak ambil pusing.
Tiba-tiba saja saya merasa bersalah, tanpa sengaja telah mengajarkan pada Lita sekat-sekat ras yang bisa berujung bahaya. Orang-orang dewasa seperti saya inilah yang barangkali meracuni keluguan para generasi tanpa dosa ini. Saya, entah sadar entah tidak, kadang merusak indahnya imajinasi anak-anak kecil itu dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan dan kelompok-kelompok.
Saya jadi ingat Natsir yang termasyur itu. Dari politisi sekelasnyalah para pemburu kekuasaan di negeri ini kini semestinya bercermin. Natsir dengan sempurna memeluk agama dan nasionalisme dengan sama-sama khusuknya. Pastilah ayahnya dulu tidak pernah menanyakan warna kulit temannya ketika Natsir kecil, apalagi agamanya.
Hmm…, mungkin ini membuat kita bertanya-tanya, apakah yang kemudian dalam perjalanan hidup “saya” sekarang menjadi begitu mempermasalahkan tentang ras, agama, dan sebagai macamnya itu…
Saya rasa Bli, setiap orang yang tumbuh di lingkungan seperti di mana kita tumbuh, akan menemukan ~ cepat atau lambat ~ bahwa ada yang dinamakan semua itu…, namun seberapa dalam semua itu menjadi bermakna pada kita semua, mungkin itulah yang menjadi titik tolaknya…
“Ya ya, dia seorang Cina…, biarkanlah demikian adanya…, adakah itu bermakna…”
ataukah…
“Oh…, dia seorang Cina, maka sebaiknya kita akan…”
Perjalanan ini adalah sebuah pendidikan yang tiada bertepi, hmm…, si kecil beruntung ayahnya mendidik hingga ke batas yang tak bertepi itu 🙂
Suksma Cahya,
Good point you made…
Memang tidak ada salahnya mengetahui banyak hal.. yang penting adalah bagaimana reaksi seseorang setelah mengetahui banyak hal ini. Orang bijak bilang, pengetahuan harus berujung kebijaksanaan. Thanks sudah sharing..
Suksma mawali Bli… 🙂
Btw, (gr)avatar-nya jangan seserem itu donk 😀