
Menyisir rambut Lita dan mengikatnya menjadi kegiatan rutin saya setiap pagi sebelum dia berangkat sekolah. Menyisir rambut ternyata bukan pekerjaan yang mudah dan perlu keterampilan. Rambut Lita yang kadang awut-awutan setelah bangun tidur membuat pekerjaan ini lebih menantang. Yang pasti, Lita sering mengeluh karena kesakitan. Rupanya cara saya menyisir rambutnya kurang bersahabat sehingga menimbulkan kesakitan.
Di saat-saat seperti ini saya teringat kejadian 20-an tahun lalu. Di saat tertentu ketika Ibu saya tidak sempat, Bapaklah yang menggantikan tugas beliau menyisiri rambut saya. Tentu saja tidak ada pembantu yang melakukan tugas ini. Setiap kali disisiri oleh Bapak, saya mengeluh karena kulit kepala saya sakit. Cara Bapak menyentuhkan sisir di kepala saya dan kemudian menariknya membuat saya sering mengaduh. Hal ini berbeda dengan cara Ibu menyisiri rambut saya. Rupanya keterampilan para Bapak dalam menyisiri rambut anaknya ini menurun dari generasi ke generasi di keluarga saya.
Kalau Lita ditanya, ingin disisiri oleh Ayah atau Ibu, dia spontan akan menjawab “Ibu”. Ini menandakan siapa yang lebih terampil dalam urusan sisir menyisir. Sejarah memang sepertinya berulang dalam keluarga kami.
Di luar persoalan sisir, saya menangkap makna yang lebih dalam dari fenomena ini. Menyisir adalah juga persoalan cinta dan empati. Cara saya menyisir Lita, sedikit banyak, juga mencerminkan cinta dan empati saya terhadapnya. Menyisir Lita saat menyelesaikan paper atau mengejar deadline presentasi biasanya menimbulkan protes yang lebih keras lagi darinya. Rupanya saya tidak bisa menyembunyikan ketergesaan dan kepanikan saya saat menyisir rambutnya dan sakit di kepalanya menjadi tanda.
Menyisir rambut adalah pekerjaan yang memerlukan kesabaran dan keberserahan diri. Saya perlu ada di “sini” dan “kini” saat menyisir rambutnya. Hal ini berbeda dengan melakukan pekerjaan lain seperti mencuci piring, memandikannya, atau bahkan menyuapinya. Dalam tiga jenis pekerjaan terakhir, ketergesaan dan kepanikan bisa dengan cukup mudah disembunyikan karena kontak fisik dengan Lita tidak berlangsung dalam waktu lama.
Sering kali Asti mengajari saya cara menyisir rambut agar Lita tidak kesakitan. Saya sendiri kini punya harapan sederhana, bagaimana bisa menyisir rambut Lita dengan lebih lembut dan penuh cinta, itu saja.