Harus Bisa!


www.presidensby.info
http://www.presidensby.info

Di Gramedia Plaza Ambarukmo Yogyakarta,  saya membeli sebuah buku yang sudah cukup lama saya inginkan: “Harus Bisa: Seni memimpin à la SBY” karya Dr. Dino Patti Djalal. Adalah sebuah artikel yang beredar lewat dunia maya yang membuat saya memutuskan membeli buku tersebut. “Pemimpin yang Menyentuh Hati dan Menyembuhkan Luka” demikian judul artikel tersebut yang konon adalah salah satu tulisan dalam buku yang kemudian saya beli.

Keesokan harinya, sebelum saya sempat membaca bukunya, seorang kawan berkomentar “Bagaimana bukunya, bagus? Kalau baca ulasannya di Kompas sih katanya buku itu terlalu menyanjung SBY!” Saya sendiri hanya meringis tidak bisa berkomentar banyak karena memang belum membaca. Satu kalimat pendek yang saya utarakan kira-kira seperti ini: “Ya, mungkin tidak bisa berharap banyak pada tulisan tentang seseorang yang dibuat oleh abdi aktif orang tersebut. Kalau kita mau mencermati, pasti ada pelajaran yang diperoleh nantinya.”
Keesokan harinya dan seterusnya, saya tenggelam menikmati halaman demi halaman buku Harus Bisa. Dari segi penulisan, buku ini sangat enak dibaca karena gaya bertuturnya mengalir sangat baik dan memikat. Melihat gaya bahasa satu artikel dengan artikel lainnya yang padu, saya memiliki keyakinan bahwa semua artikel itu memang ditulis sendiri oleh Bung Dino. Sejujurnya, tadinya saya curiga bahwa buku ini bernasib sama dengan beberapa buku lain yang ditulis oleh seorang pejabat yang lebih banyak diselesaikan oleh sekretaris atau ‘staf ahli’. Buku Harus Bisa sepertinya tidak seperti itu. Ini dugaan saya, bisa jadi salah juga. Yang jelas, tidak akan mudah membuat gaya bahasa dan kekuatan batin yang senada dalam banyak artikel jika dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda. Nila rasa ini yang membuat saya yakin.
Buku Harus Bisa terdiri dari 42 artikel dalam enam bab, yaitu Memimpin Dalam Krisis, Memimpin Dalam Perubahan, Memimpin Rakyat dan Menghadapi Tantangan, Memimpin Tim dan Membuat Keputusan, Memimpin di Pentas Dunia, serta Memimpin Diri Sendiri. Di sela-sela aktivitas yang padat selama berada di tanah air selama 12 hari, buku ini saya selesaikan dalam waktu lima hari. Cukup singkat dengan situasi yang tidak mudah, semata-mata karena memang buku ini enak dibaca.
Soal isi buku, dengan mudah Anda bisa jumpai ulasan yang panjang lebar di berbagai media. Saya lebih tertarik menyampaikan kesan saya setelah membaca buku tersebut. Dari awal, saya tidak berharap membaca kritik tajam tentang pribadi SBY di buku tersebut karena memang ditulis oleh Bung Dino, seorang staf khusus yang masih aktif bertugas. Sepertinya tidak mungkin menemukan sebuah buku yang menkritik tajam pribadi seorang presiden yang ditulis oleh salah satu juru bicaranya. Oleh karena itu, saya sudah menyiapkan diri dengan segala sesuatu yang baik dan positif.
Buku ini memang berisikan 42 kisah positif dari seorang SBY sebagai Presiden Republik Indonesia. Kepositivan ini nampak dalam bentuk ketegasannya, keberaniannya mengambil keputusan di tengah kesulitan, kegigihannya untuk tampil tidak populer demi apa yang disebutnya kepentingan rakyat, penghargaannya terhadap waktu, diplomasinya di dunia internasional, kejelasan orientasinya terhadap misi, kreativitasnya dalam membuat terobosan dan kejutan, pembelaannya terhadap anak buah, dan banyak lagi. Membaca ke-42 kisah yang ditulis dengan sangat baik oleh Bung Dino membuat saya merasa menjadi staf khusus SBY untuk beberapa saat. Ini karena saya bisa melihat segala sesuatu dari dekat dan dari sisi berbeda sehingga bisa menyaksikan sesuatu yang biasanya saya, sebagai rakyat biasa, tidak bisa lihat. Dalam menyampaikan suatu kisah terkait pengambilan keputusan penting, misalnya, Dino tidak saja menggambarkan suasana formal tetapi juga situasi kebatinan pengambilan keputusan itu, yang orang di luar istana tidak akan bisa rasakan. Saya, misalnya, baru memahami peran SBY dalam perundingan damai di Helsinky antara Indonesia dan GAM. Selama ini, media lebih banyak memunculkan peran Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden. Saya juga baru memahami dengan baik peran dan tindakan presiden ketika terjadi tsunami di Aceh. Bukan saja perannya secara formal sebagai kepala negara, tetapi juga perasaan batinnya sebagai manusia biasa yang juga bisa larut dalam emosi.
Membaca Harus Bisa membuat saya memahami sisi lain dari kehidupan seorang Presiden Republik Indonesia. Satu kesimpulan akhir yang saya petik adalah betapa pentingnya sebuah bangsa sebesar Indonesia memiliki presiden yang tidak saja populer di mata rakyat, tetapi yang lebih penting lagi, pintar mencari solusi persoalan bangsa yang pelik dan trengginas menempatkan diri di percaturan politik dunia yang tidak mudah. Saya membayangkan, bagaimana seseorang yang tidak bisa berpidato dalam bahasa Inggris yang baik akan bisa menyentuh hati presiden G. W Bush seperti yang dilakukan SBY dengan ‘permainannya’ sebagai pengantar surat, misalnya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seorang presiden yang tidak tangguh dan tidak kreatif untuk mendobrak kebuntuan konferensi perubahan iklim di Bali di hari terakhir sebelum konferensi berakhir. SBY, dengan kreativitas dan kegigihannya, mampu melakukan terobosan di Bali dan akhirnya membuat Bali Roadmap disepakati. Mengikuti detik-detik menegangkan melalui buku Harus Bisa membuat saya memiliki persepsi dan pemahaman berbeda tentang seorang SBY. Kalau saja buku ini memang ditulis untuk kampanye, rupanya dia telah mencapai tujuannya 🙂
Lepas dari kemungkinan adanya tujuan-tujuan kampanye, saya belajar banyak dari buku ini. Dalam perenungan saya bertanya seperti ini: Kalau saja saya bisa dengan mudah membaca dan menyetujui gagasan-gagasan kepemimpinan Kiyosaki atau Larry King atau terpesona dengan perilaku Ahmadinejad yang diberitakan lewat internet, mengapa saya tidak boleh terpesona dan belajar dari perilaku dan cerita presiden saya sendiri? Seperti juga Obama yang bukunya saya baca, SBY pun memiliki sisi baik dan buruk. Adalah kewenangan pembaca untuk membuang yang buruk dan meneladani yang baik. Kisah yang disampaikan Dino lewat Harus Bisa, mengandung banyak sekali inspirasi. Kalaupun kisah itu mungkin berisi kebohongan, setidaknya saya mendapat pelajaran dari kisah tersebut. Bukankah saya juga belajar dari Laskar Pelangi yang juga memuat khayalan alias kebohongan?
Setelah membaca buku tersebut saya merenung lagi. Apa yang dipikirkan Ibu dan Bapak saya sebagai rakyat Indonesia tentang presidennya, SBY? Mereka yang tidak membaca buku ini tentu saja akan tetap menilai seorang presiden dari harga Sembako dan kemudahan mendapatkan uang untuk membeli sembako tersebut. Saya meyakini, Ibu dan Bapak saya tidak akan pusing dengan kehebatan SBY dalam memuluskan negosiasi yang membuat Bali Roadmap ditanda tangani. Beliau juga tidak akan terpukau dengan kemahiran SBY menyentuh hati rakyat dan pemimpin Timor Leste dengan kunjungan, perilaku dan pidatonya. Ibu Bapak saya hanya akan peduli seberapa jauh hidup menjadi lebih mudah dan lebih sejahtera. Namun demikian, saya sebagai orang yang diberi kesempatan membaca buku dan tahu sedikit lebih banyak, kini memiliki tugas untuk menyampaikan kepada Bapak Ibu saya bahwa tugas presiden sangat berat. Tidak adanya perubahan yang berarti tidak serta merta menunjukkan bahwa presiden kita hanya tidur dan tidak peduli.
Meski tetap meyakini bahwa SBY harus berbuat lebi banyak dan lebih baik lagi untuk bangsa ini, kini setidaknya saya menjadi lebih lega karena telah mengerti tidak saja apa yang saya lihat dari perilaku presiden tetapi juga memahami apa yang tidak saya lihat. Rasanya lega karena tahu bahwa di istana negara, ada seseorang yang berpikir dan bekerja keras untuk bangsa ini, meskipun perjuangan itu mungkin belum maksimal dan belum nampak hasilnya. Seperti kata SBY, kita Harus Bisa. Seperti Wimar Witoelar yang tidak pernah menyesal menjadi juru bicara Gusdur, Bung Dino juga tidak menyesal karena tugasnya bersinggungan erat dengan jam sejarah Indonesia. Begitu pula saya yang tidak pernah menyesal membaca buku Harus Bisa.
Advertisement

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

2 thoughts on “Harus Bisa!”

  1. Seru Bli ulasannya, jadi pengen baca nih.
    Yah sementara ini kebijakan SBY kan jg dipengaruhi koalisinya yg kmrn, klo skrg menang mungkin beliau lebih berani mengambil keputusan yg terbaik tanpa takut kehilangan ‘teman seperjalanan’ dalam sejarah bangsa he hee…

Bagaimana menurut Anda? What do you think?

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: