
Menyetrika pakaian bukan pekerjaan baru bagi saya. Ketika tugas di luar negeri, terutama saat ngantor di gedung PBB New York, nyuci dan nyetrika jadi pekerjaan tetap. Kalau dinikmati, nyuci dan nyetrika bisa jadi menyenangkan. Setelah seharian atau mungkin seminggu bekerja dengan kepala, rasanya refreshing juga ketika sekarang kerja dengan tangan saja. Kalau boleh, kepala bisa ditinggal di kamar, supaya tidur 🙂
Yang jelas, saya masih tetap membeli baju walaupun saya mengusahakan untuk menjadikannya minimal. Itupun, ketika saya nyetrika sendiri, sudah membuat saya kelebihan pakaian. Mungkin ini saatnya untuk mendermakan sebagian pakaian bekas layak pakai. Kini saya baru mengerti istilah itu. Dulu jaman kuliah, saya bingung ketika diminta mengumpulkan pakaian bekas layak pakai. Yang saya punya kebanyakan adalah pakaian tidak layak pakai, tapi jelas-jelas tidak bekas karena masih saya pakai kuliah 🙂
Pakaian yang jumlahnya melebihi kebutuhan adalah hal yang sangat biasa, tidak saja bagi orang kaya, tapi juga bagi yang tidak kaya. Entah kekuatan apa penyebabnya, sangat mudah bagi orang untuk membeli pakaian baru ketika pakaian yang dimilikinya masih sangat layak dipakai. Seperti itulah kekuatan mode. Ketika faktor internal tidak begitu kuat, desakan eksternal biasanya melumpuhkan. Tuntutan profesi, gengsi keluarga, dan lain lain adalah sedikit saja dari setumpuk alasan. Saya pribadi ingin mengurangi membeli pakaian, semoga bisa. Yang jelas, saya ingin mengajak siapa saja untuk tidak menilai buku dari kulitnya. Ijinkan saya tetap tersenyum dan percaya diri, walaupun baju saya tidak baru.