
Secara mengejutkan, setidaknya bagi saya, kawan saya ini membalas kelakar filosofis saya dengan kelakar yang tak kalah cerdasnya, “but Prambanan was” Saya kaget bukan kepalang, karena kebetulan tidak pernah terpikir selama ini. Mungkin bagi banyak orang, hal ini biasa dan tidak istimewa, bagi saya ini luar biasa. Lontaran spontan kawan ini mengajarkan saya sesuatu. Meski saya yakin kawan ini tidak terobsesi dengan kelakarnya tentang Prambanan dan tetap percaya juga bahwa Rome was not built in a day, ucapan ini memberi saya inspirasi yang hebat.
Lebih parah lagi jika legenda ini yang membuat banyak sekali orang mau menghalalkan segala cara untuk mencapai sesuatu. Yang ingin cepat kaya memilih untuk menyimpan sebagian uang yang bukan haknya. Yang ingin pekerjaan dan kedudukan memilih untuk mengeluarkan sebagian uang yang seharusnya tidak dikeluarkannya. Yang ingin sekolah di tempat hebat memilih untuk membelikan kepala sekolahnya sebuah mobil baru. Semua itu sangat tepat menggambarkan persetujuannya bahwa “Prambanan was built in a day.” Apakah memang sedasyat itu?
Kawan saya dalam kelakarnya pastilah bukan salah satu dari orang-orang yang percaya pada sesuatu yang instan. Guyon cerdasnya baru saja menghadirkan satu mata rantai yang selama ini hilang dan kepada saya pribadi telah menjelaskan banyak sekali hal. Terima kasih Mas Dedi Atunggal di UTP, Malayasia.
Nice posting bli, btw aku juga jadi inget lagi cerita itu setelah baca ini,… regards!