
Kali ini judulnya cukup istimewa sehingga saya berpikir agak lama dan rupanya membuat calon alumni di depan saya meragukan saya, dan kecewa. Kalimat spontannya mengisyaratkan semuanya. Saya hanya tersenyum singkat dan kemudian menyelesaikan tugas saya. Percakapan berakhir dan semua menjadi sejarah yang entah akan diingat entah tidak.
Komentar calon alumni dan kawan sejawat saya ini memiliki benang merah. Di satu sisi, bisa jadi ini terdengar seperti sanjungan tetapi yang saya tangkap justru sesuatu yang berbahaya. Bahaya karena saya dianggap bisa sesuatu karena memang sudah bisa, bahaya karena di situ tidak ada apresiasi terhadap proses berusaha dan belajar. Mengapa harus heran melihat saya berpikir dan mengapa harus terkejut melihat saya berlatih? Rupanya mereka salah menduga, saya hanyalah orang biasa yang bisa sesuatu bukan karena keturunan, tidak juga karena hasil meditasi, tetapi hasil berpikir dan berlatih. Kalau harus ada penghargaan, saya kira lebih baik diberikan kepada mereka yang bodoh tapi menjadi pintar karena berusaha dengan semangat, bukan kepada mereka yang ketika lahir sudah sempurna, dan bahkan tidak tahu jalan menuju sempurna.