
Ada burung gereja memekik di sela gema shalawat yang beradu waktu. Teriakan kecil si burung gereja lenyap ditelan kebisingan religi yang entah mengapa, terlanjur dianggap biasa dan bahkan wajib.
Satu yang menarik, burung gereja itu sudah tidak lagi bersarang di gereja. Burung gereja itu tidak merasa bersalah bersarang di atap masjid, padahal sejarah tentang sebutannya tidaklah seiring dengan itu. Anehnya, kicaunya tetap nyaring dan keceriaanya tidak berkurang. Burung gereja yang salah memilih rumah itu, biasa-biasa saja dan tidak pernah pusing. Seandainya saja dia tahu, menusia yang hebat ini bisa saja mengeluarkan Surat Keputusan untuk mengubah namanya menjadi Burung Masjid, Burung Pura, atau Burung Wihara.
Wahai burung, bersenang-senanglah selagi manusia belum terpikir meng-SK-kan nama barumu.