Lebih Mudah Jadi Presiden Indonesia Dibandingkan Masuk Teknik Geodesi UGM?


Saya tahu, pasti banyak yang mengernyitkan dahi atau mencibir. Saya sedang bicara soal selektivitas, keketatan atau persaingan masuk perguruan tinggi.

Tahun 2022, misalnya, rasio masuk Teknik Geodesi UGM adalah 1:11 artinya ada satu orang yang diterima dari setiap 11 orang yang mendaftar. Sementara itu, tahun 2019, hanya ada dua calon presiden di Indonesia dan satu orang pasti berhasil jadi presiden. Artinya ada satu orang yang diterima dari setiap dua orang yang mendaftar. Lebih mudah mana?

Mari kita lihat lebih jauh. Kuota Teknik Geodesi UGM tahun 2022 adalah 140 orang. Artinya pendaftarnya sekitar 1.540 orang maka rasionya menjadi 1:11. Jadi ada 1.540 pendaftar dan yang diterima adalah 140 orang. Artinya, ada 1.400 orang yang pasti tidak diterima. Dengan kata lain, untuk bisa diterima di Teknik Geodesi UGM tahun 2022, harus mengalahkan 1.400 orang. Pak Jokowi hanya perlu mengalahkan Pak Prabowo untuk menjadi Presiden Indonesia di tahun 2019 lalu. Lebih sulit mana?

Apa betul lebih mudah menjadi Presiden RI dibandingkan masuk Teknik Geodesi UGM. Tentu kita tahu jawabannya. Tulisan ini untuk memberi sebuah ilustrasi, betapa bahanya kalau kita menilai mudah tidaknya masuk sebuah prodi kuliah hanya dengan melihat data keketatan,  selektivitas, atau persaingannya. Tahun 2022, keketatan masuk Pariwisata UGM adalah 1: 34 sedangkan Teknik elektro 1:19. Apakah masuk Teknik Elektro UGM lebih mudah?

Untuk masuk program internasional (IUP) Psikologi UGM, misalnya ada 40 orang yang diterima dari sekitar 300 pendaftar setiap tahunnya. Artinya keketatannya adalah 1:7. Sementara itu keketatan Prodi Arkeologi adalah 1:14, Sastra Jawa 1:9 dan Filsafat 1:9. Apakah masuk program internasional psikologi lebih mudah dibandingkan ketiga prodi tersebut? Anak saya yang harus belajar mati-matian untuk bersiap masuk IUP Psikologi, lalu mengikuti GMST berbahasa Inggris dan harus meraih skor ACEPT tinggi serta harus wawancara dalam Bahasa Inggris, tentu punya pendapat sendiri.

Tantangan masuk sebuah prodi kuliah tidak bisa dilihat dari keketatan atau tingkat persaingan saja. Terlalu sederhana dan bisa menimbulkan salah paham. Ini sama dengan mengatakan menjadi Presiden Indonesia lebih mudah dibandingkan masuk Teknik Geodesi UGM. Tentu saja ini pernyataan yang super absurd. Yang lebih penting lagi, mungkin tidak bijak mengatakan ini lebih baik dari itu karena program studi kuliah semestinya adalah soal pilihan yang disesuaikan dengan greget masing-masing. Seperti kata Abah Lala dalam lantunan Denny Caknan, “ojo dibanding-bandingke”. Kepada anak-anakku yang sedang berjuang, 20 tahun lagi kamu mungkin akan tertawa geli mengingat hal yang paling kamu khawatirkan tahun ini. Percayalah.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

Bagaimana menurut Anda? What do you think?