Bangkit

http://generusindonesia.wordpress.com/

Bulan Maret lalu, saya mengunjungi sebuah negara, sekitar 5000 kilometer dari tempat tinggal saya. Negara ini sudah lama saya kenal namanya tetapi rupanya saya tidak akrab dengan data obyektif tentangnya selama ini. Di penghujung 1990an silam, negara ini berhasil membebaskan diri dari tirani kekuasaan rejim otoriter karena rakyatnya bersatu padu. Mahasiswa satu suara dan para pekerja memberi dukungan sehingga perubahan terjadi. Dalam kesibukan berbenah untuk peralihan kekuasaan, banyak hal yang terjadi. Ada tiga orang presiden yang menjabat selama lima tahun sebelum akhirnya berhasil menjadi sebuah demokrasi. Untuk pertama kalinya, presiden dipilih langsung oleh rakyat pada tahun 2004.

Ketika saya mengunjungi negara itu, dia sedang menikmati pertumbuhan ekonomi di atas enam persen. Kebebasan pers kini terjamin, setiap orang bebas bersuara menyampaikan gagasannya. Presiden bisa dijadikan bahan debat tidak saja di kedai-kedai kopi tetapi juga di forum ilmiah yang serius. Demokrasi memberi ruang ekspresi politik sehingga partai tumbuh subur, memberi ruang yang lebih luas bagi partisipasi publik.

Pada tahun 2009, untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa ini, presiden menghakhiri masa jabatannya dengan wajar. Presiden pertama yang dipilih secara demokratis ini memulai dan menghakhiri masa jabatannya sesuai dengan ketentuan hukum. Hal ini berbeda dengan presiden sebelumnya yang dikudeta, diturunkan oleh rakyat, diangkat di tengah jalan untuk menggantikan presiden sah, atau diturunkan oleh lembaga legislatif. Bangsa ini layak tersenyum dengan kemajuan politik itu.

Continue reading “Bangkit”