Memoderatori Bene Dion


Saya langsung menyanggupi ketika Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) meminta saya menjadi moderator sebuah acara yang menghadirkan Bene Dion Rajagukguk. Telah lama saya mengenal beliau. Banyak orang mungkin mengenalnya sebagai pemain sekaligus produser film Agak Laen atau sutradara Ngeri-Negri Sedap. Sebagian lain mungkin mengingatnya sebagai standup comedian. Kami mengenalnya sebagai alumni Teknik Industri UGM Angkatan 2009.

Adalah kesempatan langka untuk bisa menjadi moderator seorang sutradara dan aktor film berbakat seperti Bene, makanya saya iyakan di kesempatan pertama. Selanjutnya, tantangan mulai hadir. Bene dikenal cukup introvert dan lumayan kaku bahasa tubuhnya. Meski begitu, dia orang yang cerdas dan pintar. Dia lulusan terbaik ketika wisuda di UGM. Siapa yang ragukan intelektualitasnya. Tapi, mengajaknya berbicara secara cair di sebuah forum zoom, adalah cerita lain.

Saya bisa merasakan ketegangan panitia. Saya sendiri tegang. Saya harus berusaha maksimal. Maka saya mulai susun strategi. Saya mulai lihat-lihat kembali wawancara Bene dengan banyak orang. Saya baca kembali tentang dia. Saya juga kontak teman dan dosennya di Teknik Industri UGM. Ini penting untuk mengetahui siapa Bene di masa lalu. Ini akan bermanfaat untuk mencairkan suasana. Saya yakin demikian.

Saya kirimkan pesan WA ke Bene. Kami mamang beberapa kali berkomunikasi soal film dan karya dia. Saya tulis “Mas Bene, semoga sehat selalu. Saya dapat tugas memoderatori Mas Bene di acara Kagama .. So excited…” Dia membalas “Halo Pak. Waduh deg-degan nih Pak. Semoga nanti bisa saling bantu biar seru 🙏🏻”. Saya suka jawaban Bene ini. Ini adalah jawaban optimis namun rendah hati. Selain itu, ini jawaban yang mengandung semangat kolaborasi untuk hasil yang baik untuk semua. Saya menjadi optimis.

Saya berjanji membuatkan kisi-kisi pertanyaan dan Bene menyetujuinya. Ini penting agar moderator dan nara sumber bisa lebih nyambung ketika berbicara di panggung. Sayangnya saya tidak segera sempat melakukan itu. Di hari H acara, ketika saya menghadap Bu Rektor untuk satu urusan, saya baru teringat lagi janji kepada Bene. Tanpa mengganggu diskusi dengan Rektor dan tim, saya merampungkan sekian pertanyaan untuk Bene. Pukul 10.41 saya kirimkan daftar pertanyaan untuk acara pukul 15.00. Saya yakin, Bene masih punya banyak waktu. Lagi pula, itu bukan pertanyaan UAS di Teknik Industri UGM. Pasti tidak akan merepotkannya.

Waktunya tiba. Saya mulai dengan intermeso bahwa saya sudah lama tidak degdegan ketika memoderatori orang. Ini adalah kali pertama setelah sekian lama. Itu yang memang saya rasakan. Saya merasa delivery kali ini harus bagus. Ini acara yang beda. Dan ini bersama Bene Dion. Saya juga spill bahwa Bene Dion adalah lulusan terbaik saat wisuda. Saya bisa mulai merasakan antusiasme peserta. Mereka baik hati untuk memberi reaksi virtual berupa jempol atau hati yang berhamburan di udara maya. Ini menjadi energi yang baik. Sementara itu, saya lihat Bene tersenyum lebar dan menjadi rileks dalam merespons. Pujian dalam bentuk kelakar positif adalah modal terbaik dalam berbicara dengan orang lain.

Dan sisanya adalah sejarah. Saya merasa berbicara dengan seorang teman akrab yang baik hati. Pintar tentu saja. Saya tak sungkan bertanya hal yang sedikit pribadi, seperti tentang keluarganya yang bersahaja. Tentang masa kecilnya. Tentang pandangan serta filsafat hidupnya. Bene dengan lapang dada dan gembira menceritakan kisahnya sambil mengaitkannya dengan karya-karyanya dan studinya di Teknik Industri UGM..

Di kesempatan terakhir, saya menanyakan hal yang sedikit nakal “apa pendapat Bene Dion tentang film Merah Putih: One for All?” dan disambut riuh reaksi virtual peserta. Yang on cam tampak tersentak dan tertawa. Mereka kaget tidak menduga pertanyaan itu akan muncul. Saya pun tidak menyertakan pertanyaan itu dalam daftar yang saya kirim ke Bene. Dia tampak kaget karena tidak menyangka. Meski kaget, Bene hadir dengan jawaban yang mengagumkan. Jauh melampaui ekspektasi saya. “Memang beda, kualitas jawaban seorang lulusan terbaik Teknik Industri UGM” kata saya mengakhiri. Bene Dion memukau sore itu.

Unknown's avatar

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

Bagaimana menurut Anda? What do you think?