Saya memberanikan diri untuk mengirimkan pesan Whatsapp kepada bapak presiden. Saya sampaikan ucapan selamat datang di UGM. Pada pesan itu saya tulis bahwa saya siap-siap belajar dari beliau. Tidak lama kemudian, beliau membalas dan mengatakan bahwa sepertinya saya tidak akan belajar banyak hal dari beliau. Jawaban yang begitu rendah hati.
Saya bertemu beliau untuk pertama kalinya tahun 2004 ketika saya kuliah di UNSW, Sydney, Australia. Saat itu beliau diundang dalam sebuah acara diskusi. Tentu saja beliau belum menjadi presiden ketika itu. Saya sudah terkesima dengan kemampuannya dalam bercerita. Lelaki ini dikarunia kemampuan bernarasi yang mengagumkan.
Waktu itu, saya abadikan kenangan itu dalam bentuk foto. Bukan swafoto tetapi foto yang direkam oleh supervisor S2 saya, Clive Schofield. Kami memang datang berdua dalam acara penting itu. Hingga kini, foto itu masih saya simpan. Selalu saya kirimkan lagi setiap kali saya menghubungi beliau lewat Whatsapp.
Tahun 2019, ketika saya bertugas sebagai kepala Kantor Internasional UGM, rektor memerintahkan saya untuk mengundang beliau. Bermodalkan foto selfie tahun 2004, saya berkirim pesan lewat Whatsapp. Saya mendapatkan nomor beliau dari seorang duta besar. Kontak duta besar itu saya dapatkan dari seorang dirjen di Kementerian Luar Negeri RI.
Tahun 2019 saya menjemputnya di Bandara Adi Sucipto. Tentu saja waktu itu beliau bukan presiden tetapi protokolnya sudah sangat ketat. Kuliah umum yang diberikannya di Balairung UGM memukau banyak orang. Ceritanya tentang drama di medan perang serta diplomasi memberi warna baru dan pengetahuan mendalam pada kami yang menyimak.
Enam tahun kemudian, ketika beliau menjabat presiden, beliau hadir lagi di UGM. Di masa tertentu dulu orang ini pernah dianggap berseberangan dengan pemerintah Indonesia sehingga harus diasingkan dan bahkan diburu. Kini beda cerita.
Ketika saya tunjukkan foto pertemuan kami tahun 2004, beliau melihat dengan saksama dan mengatakan bahwa saya kelihatan muda sekali waktu itu. Sejurus kemudian beliau mengatakan bahwa rambutnya juga masih banyak ketika itu. Malam selepas dinner bersama Rektor dan jajaran pimpinan UGM di Tentrem, kami berkelakar kecil. Cara yang manis untuk mengakhiri hari dengan Presiden Jose Ramos-Horta.
