Kemarin saya menghubungi seorang alumni Teknik Geodesi UGM. Made Sapta, Namanya. Dia adalah murid saya di tahun 2012 hingga 2016. Sapta Istimewa. Dia memberi banyak bantuan kepada saya selama kuliah. Sepertinya dia juga menikmati dan banyak belajar dari interaksi kami.
Kemarin saya mengenalkan seorang mahasiswa kepada Sapta. Mahasiswa yang perlu diberi kesempatan. Tak berpikir panjang, Sapta bilang “Oke siap, siap membantu apa yg bisa saya bantu”. Dia lanjutkan “[j]adi teringat dulu saya dikenalkan ke mas Denni waktu masih kuliah, sekarang berganti peran, semoga bisa membantu 😁” Jawaban ini menghangatkan.
Saya kemudian membalas “Ya waktu berjalan… hidup bergerak… tugas kita meneruskan kebaikan..” Sapta menjawab dengan stiker “Siap Komandan” dan menegaskan bahwa dia bisa dihubungi kapan saja.
Sapta belajar di Teknik Geodesi UGM dengan beasiswa dari Bidik Misi. Saat ini dikenal dengan KIP Kuliah. Pendidikannya dibiayai oleh sesama anak bangsa, para pembayar pajak yang setia. Orang tuanya tak berkecukupan maka dia harus berjuang sekuat tenaga. Saya tidak banyak membantunya. Saya hanya menjadi bapak dan teman lalu mengenalkannya kepada orang-orang baik. Sapta bertumbuh dan belajar dengan baik.
Percakapan dengan Sapta ini yang membuat saya percaya pada pendidikan. Percaya pada niat baik yang ditanam lalu tumbuh dan berbuah baik di masa depan. Percaya bahwa interaksi guru dan murid yang saling menghargai itu sejatinya menanam fondasi kokoh bagi kesempatan-kesempatan baru di masa depan.
Rasanya baru kemarin sore Sapta saya panggil ke rumah tiba-tiba untuk membantu membuat PPT. Baru kemarin sore juga dia harus berpeluh berlari berkejaran untuk membawakan saya koper ke bandara karena transit saya di Jogja hanya beberapa menit sebelum melesat ke sisi lain dunia. Baru kemarin sore saya ajari dia cara menulis dan presentasi yang memikat. Kini, Sapta sudah menjadi lelaki matang yang bekerja di tambang. Sapta tidak saja hidup untuk dirinya tetapi berani hidup untuk orang lain.
Demikianlah semestinya pendidikan itu. Pendidikan itu tidak hanya untuk mencipta tumpukan kebaikan bagi diri sendiri. Pendidikan harus membuat kita meneruskan kebaikan kepada mereka yang membutuhkan. Menolong, sejatinya adalah tugas kita, semua kaum terdidik. Terima kasih Sapta.