Di rumah kami ada ruang yang bisa dipakai untuk sholat. Memang bukan mushola tapi bisa dan biasa dipakai sholat. Ada juga rukuh dan sajadah. Tadinya kami sediakan secara terbatas, akhirnya kawan-kawan berbaik hati menghibahkan ke kami. Kini ada beberapa di rumah. Cukup lah untuk tamu yang ingin sholat di rumah ketika bertandang.
Di dekat rumah juga ada masjid. Lokasinya dekat dengan pura keluarga kami. Kerap, saat sembahyang Trisandya, lantunan adzan seperti menguatkan doa kami. Melantun bersama dalam harmoni yang selaras. Harmoni dan keselarasan yang kami usahakan sendiri tentunya. Suara dari loudspeaker kami anggap jadi penguat doa kami juga.



Selama ini, tamu, baik itu mahasiswa, sesama dosen, teman hobi atau siapa saja, yang akan sholat saya beri dua pilihan. Bisa sholat di rumah atau di masjid kampung yang tidak jauh letaknya. Ada yang melakukan di masjid, kebanyakan memilih sholat di rumah. Saya menikmati kejadian-kejadian seperti ini.
Yang biasanya agak masalah adalah soal tempat wudhu. Di dekat pura ada keran dan kami selalu persilakan para tamu wudhu di sana. Hanya saja, tempatnya kurang memadai. Keran itu dipakai untuk menyiram tanaman jadi tidak rapi desainnya. Kurang tepat untuk wudhu. Akhirnya kami persilakan wudhu di dalam. Ada wastafel atau kamar mandi jika tamu berkenan.
Saat membuat tambahan fasilitas di taman belakang, saya pastikan kami punya tempat wudhu. Kami konsultasi dengan beberapa kawan muslim. Intinya, kalau bisa, tempat wudhunya terpisah dengan kamar mandi atau toilet. Kami pun putuskan dan eksekusi.
Jika melihat toilet/kamar mandi kami ini, desainnya padu dan satu dilihat dari depan. Sejatinya di sisi barat ada ruang terpisah. Itu tempat wudhu. Aksesnya pun beda. Ada lorong khusus untuk menuju tempat wudhu. Di sana ada dua keran karena tamu kami bisa banyak kalau lagi ada acara..Beberapa waktu lalu, saya punya ide membuat tulisan tanda tempat wudhu. Saya bukan seniman maka saya minta bantuan komputer. Saya unduh font yang bernuansa kaligrafi Arab dan buat desain di PPT. Akhirnya saya cetak lalu gunakan sebagai mal/template. Saya kerjakan sendiri dengan dukungan Asti dan Lita.
Ternyata hasilnya tidak serapi yang saya inginkan. Asti bilang, tidak apa-apa. Akhirnya saya pasang apa adanya. Tulisannya blobor. Tulisan saya tidak sempurna tapi niat saya semoga diterima dengan baik..Mungkin memang begitulah usaha toleransi di negeri ini. Kadang nampak dan terasa berantakan tapi semoga niat kita selalu baik. Tulisan ini akan saya rapikan, seperti juga niat kita untuk merawat keberagaman di negeri kita ini. Mari kita rapikan.
Seandainya saja semua umat dg kepercayaan yg berbeda beda di negri ini bisa bertoleransi setulus bang andi dan keluarga..alangkah indah dan damainya…
Sayangnya…kadang sesama iman saja kadang toleransinya masih “mbelobor”….