Beberapa waktu lalu saya memberi materi bagi penerima beasiswa LPDP di Ancol Jakarta. Presentasi di depan orang-orang hebat tentu membanggakan sekaligus menegangkan. Jika tidak tampil baik, sama saja dengan menggali kubur sendiri. Maka saya putar otak, bagimana caranya menimbulkan kesan positif di awal. Intinya ada dua. Pertama, harus lucu dan, kedua, orang-orang yang berpikir soal kelucuan itu harus bisa melihat kecerdasan di dalamnya.
Ada Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi, yang juga hadir sebagai pembicara. Setelah sesi beliau, saya sempat bertemu dan berfoto bersama. Saya penggemar beliau. Di waktu berikutnya, saya kirimkan foto itu ke grup keluarga yang berisi Asti dan Lita. Tentu saja maksud hati untuk pamer. Lalu terjadilah adegan dalam Grup WA keluarga yang kemudian menjadi inspirasi.
Ketika tampil, saya sampaikan “acara PK memang selalu keren. Pembicaranya juga keren-keren” sambil menyajikan foto wefie saya dengan Pak Cik Andrea Hirata. Peserta mulai tersenyum. Saya tegaskan, yang keren Andrea, bukan saya. Beberapa mulai tertawa. Saya teruskan “saya bangga bisa berfoto dengan Bang Andrea. Maka saya kirimkan ke Grup Keluarga” sambil menampilkan screen shoot Grup WA kami. Tentu saja dialognya saya potong. Itu inti dari ceritanya nanti.
Di waktu berikutnya saya tampilkan jawaban Asti dan Lita di WA yang hampir bersamaan menjawab ‘good morning’. “Keduanya menjawab sapaan saya dengan semangat” lanjut saya lagi. “Tentu saja saya sudah siap-siap menerima pujian karena bisa berfoto dengan seorang penulis idola. Saya tahu, Asti juga penggemar Laskar Pelangi” sambung saya lagi untuk menunjukkan keyakinan saya bahwa Asti setidaknya akan memberi apresiasi. “Apa yang terjadi, Saudara-saudara, ternyata Asti kemudian bertanya seperti ini” kata saya sambil menampilkan potongan screen shoot yang menunjukkan jawaban Asti.
Saya tidak berkata apa-apa, hanya menunjukkan potongan dialog itu. Dalam satu detik berikutnya, suasana pecah. 80an persen orang tertawa terbahak. Yang 20 persen bisa jadi tidak ketawa karena ada di belakang dan tidak bisa membaca potongan dialog di layar dengan jelas. Maka saya lanjutkan “bagi yang tidak bisa membaca, saya bacakan ya. Asti, isteri saya, tanya “Ini yang foto sama Ayah siapa ya?” dan kepecahan itu pun berlanjut. Sejak itu saya sudah yakin, pangung sudah dalam genggaman.
Boleh juga tipsnya bli. Tapi mungkin perlu disiapkan jalan keluar cadangan kalau misalnya trik menampilkan joke di awal tidak sesukses itu. Hehe.
Haha, lucu sekali Pak. Bisa jadi istri Bapak tidak mengenal sosok Andrea Hirata secara fisik, namun melalui karyanya.
Bapak apa kabar? sehat?
saya mantan mahasiswa bpk. lama gak jumpa pak Andi