Aku kelelahan dan lupa menurunkan tirai jendela. Aku telentang berselimut pekat, menyerah pada malam yang berdendang. Pekat itu berubah temaram karena ada pijar cahaya yang bertandang. Bukan pijar, cahaya itu serupa bola yang berpendar. Aku memang lupa menurunkan tirai jendela malam itu.
Dendang berlatar temaram merafalkan mantra berkabut. Bertuturlah ia lewat semburat pendar yang redup dan gugup. Kegugupan yang meresahkan dan berjubah lelah yang gelisah. Aku kehabisan gairah yang mengalir laksana darah karena pendar itu memantik amarah. Aku lupa menurunkan tirai jendela malam itu.
(Satu malam di Wollongong: setelah sinar bulan yg hadir jadi mimpi buruk)
mimpi buruk, kenapa bli? karena lupa tutup jendela?
Ada kucing yg masuk? atau….
🙂
“pendar” artinya apa ya, Mas?
Subhan Zein
Wah, sastrawan yg nanya.. jadi grogi 🙂
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online:
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
pen·dar n cahaya spt yg tampak pd lendir kelemayar atau pd permukaan laut pd malam hari dsb;
— cahaya 1 pemancaran cahaya pd suhu kamar krn pengaruh bermacam-macam sebab (mekanika, listrik, cahaya, kalor, atau kimia); 2 gas pd tekanan dan suhu rendah yg dialiri arus listrik dan memancarkan cahaya;
ber·pen·dar v bercahaya spt lendir kelemayar;
ber·pen·dar-pen·dar v 1 berkelip-kelip (mengeluarkan pendar): tampak kunang-kunang ~ di kejauhan; 2 berkunang-kunang (tt mata): matanya ~ dan kepalanya pening;
pen·dar·an n sesuatu yg berpendar;
~ kimia gejala berpendarnya suatu zat krn reaksi kimia tertentu;
ber·pen·dar·an v berpendar-pendar: kala itu puluhan kembang api ~ meluncur ke angkasa
Ini pertama kalinya saya melihat kata tersebut digunakan. Sebab meskipun sebagai penutur asli Bahasa Indonesia, tidak berarti kita mengusai semua kosakatanya, kan?
Sekali lagi keterbatasan kita sebagai manusia termaterialisasi. Terimakasih atas pencerahannya. Saya juga menikmati tulisan di atas.. 🙂
Subhan Zein
Senang bisa berbagi Mas Subhan 🙂
Betul sekali, native speaker tidak selalu tahu kosakata dalam bahasanya. Setuju hal ini.