https://madeandi.wordpress.com/2009/12/12/natal-bulan-dan-laut/
Sebagai seorang blogger, saya sering merasa kehabisan ide dan kehilangan kata-kata untuk dituliskan. Sering sekali seperti tidak ada hal penting dalam hidup sehingga tidak ada yang layak ditulis. Sayapun sering menelantarkan blog ini, mati suri dalam waktu yang cukup lama.
Dalam interaksi saya dengan orang lain dan pengamatan saya terhadap lingkungan, saya kadang menemukan hal menakjubkan. Suatu saat saya berpikir tentang fenomena Natal. Hari keagamaan ini sudah dirayakan sekian tahun, lebih dari seribu tahun. Menariknya selalu saja ada film baru yang dibuat tentang tema Natal. Bagi yang menggali, Natal tidak pernah kering sebagai sumber inspirasi padahal dari dulu Natal tetaplah maknanya.
Fenomena lain adalah tentang bulan. Bulan berperilaku sama sejak jutaan tahun. Bagi mereka yang aktif, bulan tetap bisa menjadi puisi ketika usianya sudah tak terhitung. Di abad 21, tetap ada puisi tentang bulan seakan bulan baru muncul kemarin sore. Bagi orang yang kreatif, benda boleh sama perilakunya, tetapi inspirasi yang ditimbulkannya bisa senantiasa mengalir.
Laut juga serupa. Keberadaannya entah sudah berapa juta tahun. Tetap saja ada pelukis yang menjadikannya tema dan pujangga menjadikannya puisi. Laut, selama airnya masih ada, memang tidak akan pernah lelah menjadi sumber inspirasi.
Saya bertanya pada diri sendiri, betulkah saya kehabisan ide untuk sekedar mengisi blog yang sederhana ini?
Guru bahasa saya dulu pernah bilang, orang bisa mendadak jadi pujangga ketika sedang jatuh cinta – its so romantic 🙂
Namun ketika semuanya menjadi biasa – atau ketika jadi terbiasa – adakah kita masih romantis terhadap semesta?
Btw, nanti suasana Natal sana dijpret pakai DSLR yang baru ya Bli 🙂