Menikmati wajah itu di layar kaca, seperti bercermin di kolam yang jernih bening. Melihat matanya yang berbinar, pastilah bukan satu-satunya keindahan yang bisa dinikmati, pun dia bukan yang istimewa. Menyaksikan hamburan kecerdasan yang menari lewat kata-kata adalah kecemerlangan yang niscaya. Inilah yang menggetarkan hati.
Perempuan di layar kaca ini bukan sepupu, bukan juga anak sedarah. Dia bayang-bayang tinggi hasil rekayasa idealisme tentang keindahan dan kecerdasan. Begitulah dia yang indah tetapi seperti tidak terjangkau. Kepiawaian yang menjadi pergunjingan dan sorot mata yang bahkan melumpuhkan menjadi keniscayaan yang tidak terbantah.
Perempuan di layar kaca, manik-manik kecil menjadi bekal yang tak habis untuk dijarah. Pun ketika terik matahari mencoba mengeringkan hati. Kejayaannmu yang tak tergapai membuat tertunduk kesombongan ini, luruh dalam menyelusup di bawah langkahmu yang panjang.
ngomongin miss universe yah? hehehe…main tebak…
aku tau Andi lagi ngomongin siapa? hihihihi..
Untuk [kaum] perempuan yang merasa di layar kaca 🙂 siapa aja boleh ngerasa kok he he he. Fira sok tahu hih 😀