Sepuluh orang dari kami yang berkesempatan melakukan penelitian di kantor PBB memang dari negara berkembang. Tidak sulit membayangkan kalau gaji yang diberikan memang layak ditabung untuk sesuatu yang berharga ketika pulang ke negara masing-masing. Fenomena seperti ini sangat tipikal rupanya, tidak hanya menghinggapi peneliti di tanah Indonesia yang konon menukar proposalnya dengan sekotak susu untuk anak bayinya atau menggadaikan paper ilmiahnya untuk SPP anak sulungnya yang baru masuk SMP.
Di sela-sela berisik sendok beradu piring kaca, saya diam-diam tersenyum. Sementara ada yang berpikir tentang susu dan SPP, kawan di samping saya bergumam “Thanks to the fellowship, I bought my first car“. Saya sendiri belum tertarik membeli mobil karena kebetulan uangnya tidak memadai. Setidaknya senang juga karena beberapa keping dolar sempat saya berikan kepada mahasiswa yang mempresentasikan makalahnya di sebuah forum terhormat di Indonesia. Semoga tabungan ini tidak salah arah dengan cara begini.