Aku yang masih melamun, disaksikan langit yang muram mendendangkan lagu perpisahan dalam hati kepada sahabat-sahabat bisu di belakang rumah. Sunyi hari ini adalah jati diri yang paling mewakili rasa yang gundah gulana. Sunyi di belakang rumah tiba-tiba meneteskan air mata, melambaikan tangan menandai kepergianku. Itulah yang kutakutkan selama tiga purnama ini, ketika bahkan mereka yang bisu ingin berbisik menyampaikan salam. Aku yang pergi dan mereka yang tertinggal adalah kenyataan yang sedih. Tak satupun mampu melawannya, walau ketakutan dan kebijaksanaan dinikahkan dalam puri cinta di malam purnama. Akan terjadi, sayangku. Aku tak kuasa menolaknya.
Kepada sunyi di belakang rumah, aku titipkan senyumku yang pernah tertinggal untuk siapa saja yang mengerti arti persahabatan, perjuangan, pemujaan dan juga cinta. Di dalam misteri waktumu, ijinkan aku mencari persinggahan lain tanpa melupakanmu.
Queens, hari terakhir